Mohon tunggu...
Didik Siswanto MPd
Didik Siswanto MPd Mohon Tunggu... Guru - Guru PPKn di SMK 13 Sarolangun

Guru PPKn di SMK 13 Sarolangun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meminimalisir Defisit Toleransi di Indonesia

17 November 2019   22:52 Diperbarui: 17 November 2019   22:58 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Toleransi secara bahasa berasal dari bahasa latin "tolerare", toleransi berarti sabar dan menahan diri. Toleransi juga dapat berarti suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. 

Secara terminologi, menurut Umar Hasyim, toleransi yaitu pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.

Dalam konteks Indonesia yang mana Negara ini tersaji ribuan Pulau, beraneka ragam budaya, beragam Agama tentunya tidak bisa segelintir orang bicara dan melakukan klaim dirinyalah atau merekalah pihak yang sempurna dan benar dibandingkan pihak lainnya. Indonesia berbeda dengan negara lainnya di dunia ini karena begitu kompleksnya Indonesia, sehingga berdasarkan pengalaman leluhur dahulu bahwa Indonesia bisa bersatu berkat ikatan-ikatan perbedaan yang menyatu menjadi Indonesia yang sekarang masih tegak berdiri.

Beberapa tokoh seringkali membenturkan hal-hal yang tidak penting, menggiring publik menjadi reaktif dan sensitif terutama berkaitan dengan persoalan agama yang mana sebenarnya mereka sudah tahu bahwa agama di Indonesia beragam, sehingga kenapa harus dibanding-bandingkan ataupun dipertentangkan. Toleransi warga negara harus menjadi sorotan dan menjadi keharusan bagi semua anak negeri untuk diperkuat dan diperhatikan secara serius karena jika tidak yang bergembira justru pihak-pihak yang ingin NKRI bubar berkeping-keping.

Di zaman yang penuh keterbukaan saat ini masyarakat acapkali juga terseret dalam pusaran intoleransi hanya karena tidak cerdas dalam menanggapi berita-berita yang disajikan melalui media. Beberapa kasus kerusuhan dan ketegangan yang melibatkan warga masyarakat terjadi karena miskomunikasi dan mudahnya warga disusupi persoalan toleransi yang defisit, tidak melakukan tabayyun, klarifikasi dan cepat mengambil keputusan yang pada akhirnya berdampak kerugian pada semua pihak. 

Negara lain di luar sana mengatakan bahwa Indonesia bisa bertahan itu karena masyarakatnya memiliki toleransi yang tinggi, sehingga sewajarnya kita sebagai bangsa yang besar ini menanggapi tersebut dengan bersikap bijak dan serius untuk selalu menjaga kekompakan sebagai anak bangsa, saling menghargai terhadap adanya perbedaan-perbedaan serta menjunjung tinggi solidaritas antar sesama anak negeri, tidak lagi menebar berita bohong dan menebar isu-isu sensitif yang memantik kericuhan dan kecurigaan antar sesama anak negeri. Bangsa Indonesia mustinya berkaca pada negara-negara yang saat ini di negaranya mengalami surplus konflik, perang di mana-mana. Jika itu terjadi jargon Indonesia Maju bisa dikatakan sulit terwujud karena dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju kuncinya di persatuan dan kesatuan bangsa yang nafasnya adalah adanya toleransi sesama penduduk negeri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun