Mohon tunggu...
Didik Siswanto MPd
Didik Siswanto MPd Mohon Tunggu... Guru - Guru PPKn di SMK 13 Sarolangun

Guru PPKn di SMK 13 Sarolangun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menerka Langkah Prabowo Masuk Istana

13 November 2019   11:26 Diperbarui: 13 November 2019   11:25 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah hiruk pikuk Pilpres 2019 yang serba tegang, keras, penuh kisah-kisah pilu dan sedih, ternyata menyisakan cerita yang mengejutkan masyarakat terutama pendukung masing-masing capres, baik pemenang kontestasi yakni Jokowi dan sang rival Prabowo Subianto. Betapa tidak saat kontestasi pilpres berlangsung "baku hantam" di medsos luar biasa kejadiannya sampai-sampai muncul "pesan masuk surga" juga bertebaran dicetuskan oleh para elit pendukung capres.

Kuatnya politik identitas dan kerasnya kontestasi tiba-tiba menjadi berubah menjadi adem dan lembut serta berubah arah pasca bertemunya Presiden Jokowi dan Prabowo di MRT Jakarta. Bertemunya kedua tokoh tersebut bak gayung bersambut dengan posisi Gerindra selaku pendukung Prabowo masuk Kabinet Jokowi Ma'ruf Amin dalam gerbong Kabinet Indonesia Maju.

Tentunya kejadian ataupun peristiwa ini sangat mengagetkan semua kalangan yang mengira Prabowo akan terus berseberangan dengan Jokowi di pihak oposisi seperti halnya yang dilakukan oleh PDIP di dua periode kepemimpinan SBY JK dan SBY Boediono. 

Masuknya Prabowo ke dalam kabinet Jokowi bagi sebagian pendukung Jokowi dan Prabowo merupakan langkah yang baik guna meredam tensi politik pasca Pilpres 2019 dan juga diharapkan dapat memberikan Trust kepada dunia internasional bahwa stabilitas politik Indonesia sudah mencair dan bersiap berpacu dalam melodi guna menghadapi tantangan global yang begitu dahsyat dan berubah cepat.

Akan tetapi bagi sebagian kalangan pendukung keduanya juga ada yang tidak terima sehingga menimbulkan sikap "mutung" terhadap bergabungnya Gerindra yang digawangi Prabowo masuk kabinet, mengingat pendukung Jokowi sudah berkeringat dan berdarah-darah dalam berjuang memenangkan kandidat yang mereka usung. Namun hal tersebut tidak menyurutkan dan pada akhirnya masuknya Gerindra ke Koalisi pemerintahan berbuah dua posisi menteri sekaligus (menhan dan menteri KKP).

Kehadiran Prabowo masuk Istana juga ditengarai sebagai langkah strategis Prabowo guna mewujudkan keinginannya yang berkali-kali menemui jalan buntu untuk menjadi RI-1. Langkah strategis itu dapat dilakukannya adalah dengan menjadi Menteri terlebih dahulu, masuk dalam lingkaran pemerintahan terlebih dahulu, mengingat lingkaran sebagai pengamat dan lingkaran di pemerintahan tentunya memiliki perbedaan.

Mewujudkan keinginan menjadi RI-1 pada kontestasi pemilu 2024 merupakan kesempatan emas untuk Prabowo karena pada peridoe tersebut sang rivalnya Jokowi sudah tidak bisa berkontestasi lagi mengingat sesuai konstitusi Presiden hanya diberi kesempatan untuk menjabat selama dua periode, sehingga sebagian publik menganggap munculnya Prabowo menjadi Menteri adalah dalam rangka membuka jalan seluas-luasnya menuju penguasa negeri ini, tentunya hal tersebut masing panjang perjalannya, namun tidak salah bagi Prabowo untuk mencoba langkah tersebut ketimbang terus menerus berada di luar pemerintahan.

Berhubung hubungan antara Prabowo dengan atasan Jokowi di Partai PDIP yakni Megawati Soekarnoputri sangat baik, apalagi Prabowo pernah menjadi Cawapresnya Megawati, maka bisa dikatakan relasi tersebut bisa menjadi lampu hijau Prabowo untuk melenggang menjadi RI-1 dan konon tersiar rencana jika puteri Megawati yang saat ini menjadi Ketua DPR Puan Maharani akan dipasangkan dengan Prabowo. Tentunya keinginan tersebut sangat masuk akal mengingat Puan adalah Ketua DPR yang di dalamnya terdapat berbagai relasi partai politik yang bisa menjadi "energi" guna meningkatkan daya pikat Puan Maharani.

Sekali lagi bahwa politik itu adalah seni, mempertontonkan tayangan-tayangan yang menarik, penuh kejutan, sehingga bagi pendukung tokoh-tokoh politik hendaknya tidak terlalu berlebihan dalam memberi dukungan dan menaruh rasa benci terhadap lawan politiknya karena keajaiban dalam politik selalu hadir tanpa disangka-sangka sebelumnya.

Alumni Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Yogyakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun