Mohon tunggu...
Dicky Utama
Dicky Utama Mohon Tunggu... Petani - mahasiswa pertanian

Bertani adalah pilihan, maka menjadi petani yang sukses harus penuh perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Masa Depan Swasembada Pangan Kedelai dengan Menciptakan Galur Unggul (Polije 4 dan Polije 5)

28 September 2020   00:55 Diperbarui: 28 September 2020   01:08 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan kaya protein yang cukup penting selain padi dan jagung. Protein nabati ini dapat diperoleh dari olahan kedelai antara lain tempe, tahu,omcom,dan susu kedelai.

Oleh karena itu kebutuhan kedelai semakin lama mengalami peningkatan cukup tinggi di Indonesia, ditambah lagi produk tempe dan tahu adalah makanan lauk pauk yang cukup populer dan digemari di masyarakat di Indonesia.

Konsumsi kedelai nasional yang selalu mengalami lonjakan setiap tahunnya serta tidak di iringi dengan pertumbuhan produksi kedelai nasional, sehingga dilakukannya pemenuhan kebutuhan dengan cara impor yaitu mendatangkan kedelai dari luar negeri salah satunya kedelai hasil transgenik dari amerika. Data BPS pada tahun 2018 jumlah impor kedelai mencapai 2,5 juta ton dan mengalami kenaikan pada 2019 sebesar 2,67 juta ton.

Pemenuhan kebutuhan kedelai nasional dengan cara impor dirasa tepat untuk jangka pendek, namun dalam jangka panjang hal ini kurang efektif karena dapat menjadikan ketergantungan dengan kedelai dari impor. 

Produktivitas kedelai nasional saat ini hanya dapat memenuhi ¼ dari total kebutuhan nasional dikarenakan beberapa faktor berupa minat petani dalam menanam yang rendah, dan juga varietas yang beredar dimasyarakat saat ini memiliki produktivitas yang relatif  kecil.

Kondisi ini menjadikan Indonesia bergantung ke negara lain untuk menyuplai kebutuhan kedelainya. Alhasil kedelai GMO/produksi rekayasa genetika (transgenik) dari luar negeri menjadi alasan solusi untuk menyelesaikan masalah ini. 

Pemilihan kedelai transgenik impor sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan nasional dikarenakan harga yang relatif murah dan juga ukuran buah yang lebih besar dibandingkan dengan kedelai lokal. 

Namun di sisi lain timbul persepsi negatif akan pangan transgenik, karena jika dilihat dari kacamata bioteknologi dikhawatirkan dapat memunculkan toksinitas atau alergi baru pada orang yang mengkonsumsinya. 

Meskipun belum ada laporan kasus akibat dari kedelai GMO, tetapi patut kita waspadai akan penggunaan dalam jangka panjang yang terus menerus sebelum adanya hasil penelitian secara klinis.

Guna mengatasi kondisi tersebut saat ini para pemulia benih dan ilmuan berusaha merangkit kedelai varietas unggul baru yang memiliki keunggulan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat, seperti produktivitas tinggi, umur genjah, serta tahan terhadap OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).

Varietas unggul baru (VUB) yang diinginkan antara lain tergolong benih besar yang memiliki bobot (>15 gr / 100 biji). Ukuran tersebut merupakan ukuran standart untuk kedelai import sehingga kedelai VUB ini dapat bersaing. Dalam program perakitan kedelai yang dilakukan oleh Dr. Ir. Nurul Sjamsijah, MP. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun