Mohon tunggu...
Dicky Prayogi
Dicky Prayogi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Artikel mengenai permasalahan sosial

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Akhlak dan Etika dalam Menggunakan Media Sosial

4 Juli 2021   19:25 Diperbarui: 4 Juli 2021   19:41 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

seiring berjalannya waktu, kebutuhan manusia semakin berkembang, teknologi pun hadir guna memenuhi kebutuhan tersebut. zaman dahulu jika ingin berkomunikasi dengan orang yang jauh, seseorang harus menulis surat dan mengirimnya melalui kantor pos, itu pun akan butuh waktu berhari hari untuk sampai ke alamat tujuan, zaman sekarang hanya dengan satu ketukan di layar smartphone, semua orang bisa saling berinteraksi, mengobrol, bahkan saling tatap muka. 

Media Sosial adalah suatu platform yang sangat di gemari masyarakat zaman sekarang, siapa sih yang belum kenal media sosial seperti facebook, Instagram, tiktok, dll ?, dari anak sd sampai yang sudah tua pun ikut meramaikan media sosial. Hampir semua orang memiliki akun media sosial, menurut data dari kominfo, dari tahun 2019 / kuartal II hingga 2020 pengguan internet di Indonesia meningkat sebesar 8,9% atau sekitar 23,5 juta jiwa, itu adalah peningkatan yang pesat dari pada tahun-tahun sebelumnya, hal ini di sebabkan semakin canggihnya teknologi dan trend di kalangan anak muda.

Media sosial merupakan sarana yang sangat praktis untuk berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain tanpa di batasi jarak, ruang, dan waktu. Namun selain dampak positif di atas,  media sosial memiliki sisi negatif yang akhir akhir ini sering terjadi di masyarakat, yaitu banyaknya yang tidak bijak dalam menggunakan media sosial, seperti penyebaran hoax, cyber bullying, kurangnya sopan santun dalam berkomentar, ujaran kebencian, dan lain lain. Fenomena sosial di atas dapat anda temukan dengan mudah di media media sosial seperti tiktok, Instagram, facebook, dan lain lain. Selain itu pada tahun 2020 kemarin Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang komputer di Amerika Serikat, Microsoft, melaporkan hasil riset tahunannya, "Civility, Safety, and Interactions Online 2020". Survey tersebut melibatkan 16.000 responden dari 32 wilayah mencakup remaja sampai orang dewasa, riset ini mencakup 9 wilayah Asia-Pasifik (APAC), yaitu Australia, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Dan Indonesia berada di urutan terbawah, yang artinya Indonesia merupakan negara paling tidak sopan se-Asia Tenggara dalam menggunakan internet. Di sebutkan bahwasannya faktor faktor yang mnyebabkannya adalah sebagai berikut :

  • Hoax dan penipuan, faktor ini yang mendap persentasi terbesar yaitu sebesar 47 %
  • Ujaran kebencian, yaitu sebesar 27 %
  • Faktor deskriminasi yaitu sebesar 13 %

Bahkan setelah di tetapkan begitu oleh Microsoft, netizen Indonesia menyerang akun Instagram Microsoft dengan berbagai cemooh dan hinaan. Lantas apakah yang menyebabkan Sebagian masyarakat Indonesia kurang bijak dalam menggunakan media sosial ?.

 

Faktor yang menyebabkan masyarakat kurang bijak dalam menggunakan media sosial 

Secara umum, hal tersebut dapat terjadi karna kurangnya edukasi dalam menggunakan media sosial, baik dari orang tua maupun lingkungan sekitar. Namun secara khusus, faktor yang menyebabkan kurang bijaknya masyarakat dalam menggunakan media sosial adalah sebagai berikut :

  • Faktor ekonomi

Ekonomi menjadi salah satu alasan atas banyaknya penipuan melalui media sosial. Demi  mendapatkan uang untuk memenuhi hasrat gaya hidup mewah, banyak orang rela melakukan penipuan. Penipuan secara online sering sekali terjadi di Indonesia, Mulai dari toko online yang memberikan barang tidak sesuai dengan pesanan hingga penipuan melalui pesan whatsapp dengan berpura pura menawarkan hadiah, yang ujung ujungnya menguras uang milik si korban. Contohnya pada kasus yang sempat viral di media sosial kemarin, yaitu pembeli membeli barang melaui sebuah platform jual beli online dengan sistem pembayaran cod, tapi ternyata barang yang di kirimkan tidak sesuai dengan pesanan si pembeli, akibatnya terjadilah konflik antara kurir dan pembeli tersebut. Kasus tersebut merupakan salah satu bukti penipuan dalam media online.

  • Kurang edukasi mengenai cara menanggapi berita

Dalam menanggapi berita yang beredar, masyarakat sering kali tidak mengecek kebenarannya terlebih dahulu, melainkan langsung menyebarkannya ke grup grup whatsapp, teman, dan sanak saudara, sehingga berita bohong yang tidak dapat di pertanggungjawabkan sumbernya sangat cepat menyebar dan mengakibatkan salah paham dalam lingkungan masyarakat. Hoax seakan akan sudah menjadi makanan sehari hari di media sosial Indonesia, Mulai dari video yang di potong potong dengan sengaja untuk menjatuhkan suatu pihak hingga fitnah keji secara terang terangan di media sosial. berita yang beredar di media sosial tidak bisa langsung kita percaya 100%, harus melakukan crosscheck terlebih dahulu terhadap kebenaran berita tersebut. Salah satu berita hoax yang sempat viral dan tersebar luas di kalangan masyarakat adalah berita bahwasannya vaksin covid 19 mengandung microchip magnetis yang di mana di dalam video yang beredar tampak seorang pemuda dengan koin yang menempel di lengan tangannya yang telah di vaksin. Namun pihak medis mengklarifikasi bahwa berita tersebut hoax, koin yang menempel di sebabkan keringat lembab yang ada pada kulit.

  • Kurangnya ajaran sopan santun dan tata krama dalam keluarga dan lingkungan.

Kurangnya Pendidikan dari orang tua tentang sopan santun dan tata krama dalam berbicara menjadi pengaruh besar bagi anak anak dan remaja sekarang dalam menggunakan media sosial. Gaya bicara sehari hari tentunya akan terbawa ke dalam media sosial, Pada kolom komentar misalnya, sering sekali kita mendapati ujaran kebencian, rasisme, ejekan, dan kata kata lainnya yang tidak enak di lihat. Bahkan tidak sedikit yang menghina seorang kepala negara dengan narasi narasi merendahkan dan terkesan menghina.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun