Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup dalam Permainan Monopoli

22 Agustus 2016   05:52 Diperbarui: 22 Agustus 2016   07:13 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Ada 4 orang sahabat berkumpul di satu tempat. Mereka berkumpul untuk bermain permainan monopoli bersama. Masing-masing dari mereka sudah menyiapkan strategi untuk memenangkan permainan tersebut.

Segera setelah persiapan selesai, permainan pun dimulai. Dadu digulirkan. Bidak-bidak dijalankan. Keempatnya sangat senang. Mereka mulai berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya. Beli aset, tanah, perusahaan, dan lain-lain. Tidak ketinggalan, uang mereka kumpulkan lembar demi lembar.

Semakin lama mereka bermain, rumah-rumah mulai dibangun. Tersebar di lokasi-lokasi yang mereka miliki. Terus mereka bangun. Hotel-hotel pun tidak ketinggalan untuk dibeli. Mulai didirikan di lokasi yang sama. Uang-uang semakin terkumpul banyak.

Semakin banyak aset dan kekayaan yang mereka miliki, semakin senanglah mereka. Mereka tertawa-tawa. Bangga dengan apa yang sudah mereka kumpulkan. Bersaing untuk menjadi yang terkaya.

Di ujung permainan, sang pemenang adalah yang mempunyai harta kekayaan paling banyak. Baik itu berupa aset, uang, ataupun rumah dan hotel-hotel. Dan pemenang sangat bangga, gembira, dan puas karena telah menjadi yang terkaya diantara ketiga temannya yang lain.

Hingga akhirnya permainan pun berakhir. Semua mulai dibereskan. Rumah-rumah dan hotel-hotel diambil kembali, ditaruh ditempatnya. Uang-uang ditarik kembali, disusun, dan diletakkan di tempatnya dengan rapi. Pun begitu dengan surat-surat tanah bukti kepemilikan.

Kemudian mereka berempat pulang kembali ke rumah masing-masing. Tidak membawa apa-apa. Rumah, hotel, tanah, perusahaan, uang, dan semua yang mereka kumpulkan, tidak mereka bawa. Semuanya ditinggal. Tak ada satu pun yang mereka bawa.

Hidup kita pun seperti itu. Semua harta dan kekayaan yang kita kumpulkan dengan mencurahkan seluruh tenaga dan waktu kita, jika permainan hidup kita berakhir, tak ada satupun yang akan kita bawa. Persis sama seperti sebuah permainan monopoli. Semuanya hanya kesenangan semu belaka. Semuanya akan kita tinggalkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun