Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Masalah Tetangga Jadi Konsumsi Grup RT, Bijakkah Ini?

6 April 2025   08:00 Diperbarui: 5 April 2025   15:06 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak semua konflik harus diumbar di ruang publik (jcomp/freepik)

Grup WhatsApp RT awalnya dibuat untuk mempermudah komunikasi antarwarga. Informasi penting bisa cepat tersebar, mulai dari jadwal ronda, pengumuman kerja bakti, sampai hal-hal darurat seperti keamanan lingkungan. Tapi entah sejak kapan, grup ini sering berubah fungsi. Tidak jarang, justru menjadi tempat orang-orang melampiaskan kekesalan mereka kepada tetangga.

Bayangkan, suatu pagi, Anda baru saja membuka mata, mengambil ponsel, lalu melihat notifikasi puluhan pesan di grup RT. Isinya bukan pengumuman penting, bukan koordinasi acara, tapi keluhan seseorang tentang tetangganya sendiri. Bisa soal sampah yang tidak dibuang dengan benar, suara berisik, atau parkir kendaraan yang menghalangi jalan. Yang lebih mengkhawatirkan, keluhan itu tidak ditujukan langsung kepada yang bersangkutan, tapi diumbar ke semua anggota grup. Alhasil, satu permasalahan yang seharusnya bisa diselesaikan secara pribadi malah menjadi tontonan bersama. Semua orang ikut berkomentar, ikut menambah minyak ke dalam api yang mungkin tadinya cuma kecil.

Mengapa Masalah Ini Diangkat ke Grup RT?

Dalam Islam, ada prinsip menyelesaikan masalah dengan cara yang baik, menjaga kehormatan sesama, dan menghindari fitnah. Lalu, kenapa banyak orang lebih memilih menyampaikan keluhannya di grup RT dibanding berbicara langsung dengan tetangganya?

Pertama, karena lebih mudah. Menulis keluhan di grup jauh lebih sederhana dibandingkan menghadapi seseorang secara langsung. Ada perasaan aman karena tidak perlu konfrontasi tatap muka. Tapi, kemudahan ini juga yang sering membuat orang lupa kalau ada adab yang seharusnya dijaga.

Kedua, karena ingin mencari dukungan. Saat seseorang merasa dirugikan oleh tetangganya, ia mungkin ingin mendapat pembenaran dari orang lain. Grup RT menjadi tempat mencari dukungan, membangun opini kalau dirinya adalah pihak yang benar dan yang lain adalah pihak yang salah. Padahal, dalam Islam, kita diajarkan untuk tabayyun, mencari klarifikasi langsung sebelum menyebarkan sesuatu.

Ketiga, karena ketidaktahuan tentang dampaknya. Banyak yang tidak menyadari kalau membicarakan kesalahan orang lain di depan umum, apalagi di grup yang berisi banyak anggota, sama saja dengan mempermalukan mereka. Rasulullah mengajarkan untuk menutupi aib saudara kita, bukan malah mengumbarnya.

Selain itu, ada juga faktor psikologis yang berperan. Sebagian orang punya kebiasaan menghindari konflik langsung dan lebih memilih menyuarakan ketidakpuasan mereka dalam bentuk sindiran atau keluhan di ruang publik. Ini bisa menjadi cara untuk melampiaskan emosi, tapi efeknya justru bisa berbalik dan merugikan diri sendiri.

Apakah Bijak Mengangkat Masalah di Grup RT?

Jawabannya jelas, tidak. Mengungkap masalah pribadi di grup yang berisi banyak orang bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan konflik. Justru, hal itu bisa memperkeruh suasana. Alih-alih mendapatkan solusi, yang terjadi biasanya adalah adu argumen yang semakin panas.

Ketika seseorang mengeluhkan perilaku tetangganya di grup, respons yang muncul bisa beragam. Ada yang membela, ada yang menuduh balik, ada yang malah menjadikannya bahan gosip. Masalah yang seharusnya bisa selesai dengan cepat justru makin melebar. Yang paling berbahaya, hubungan antarwarga bisa memburuk. Orang yang dikritik di grup bisa merasa dipermalukan, sakit hati, dan akhirnya muncul konflik baru.

Dalam Islam, kita diajarkan untuk menjaga silaturahmi, bukan malah merusaknya. Kalau ada permasalahan dengan seseorang, mendatanginya secara langsung dengan cara yang baik jauh lebih dianjurkan. Nabi Muhammad sendiri mencontohkan bagaimana cara menegur seseorang dengan lembut, tanpa mempermalukan di hadapan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun