Dan ini yang banyak menggerakkan orang sampai hari ini. Bahkan dalam hal kecil pun, seperti dalam sebuah permainan tadi, tetap mempengaruhi kita.
Padahal, apa sih ruginya kalau kalah dalam permainan saat bermain bersama teman, misalnya.
Ayo kita lihat lebih jauh kenapa orang benci kalah dan lebih mudah terpaku, lebih besar dampaknya, pada hal itu bahkan jika dibandingkan dengan menikmati sebuah kemenangan.
Otak diciptakan untuk bereaksi lebih dramatis terhadap berita buruk
Coba kamu bilang ke otak kamu kalau kamu kalah. Atau ingat-ingat bagaimana reaksi kamu saat kalah. Bandingkan dengan saat kamu menang. Otak akan bereaksi lebih dramatis ketika kalah daripada ketika menang. Atau, bereaksi lebih saat hal negatif terjadi dibandingkan saat terjadi hal positif.
Dalam hal ini, negativity bias sekali lagi terbukti.
Saat seseorang dihadapkan pada situasi yang diasosiasikannya sebagai emosi negatif, aktifitas listrik di otaknya akan meningkat. Sebuah studi di Ohio State University mengemukakan hal ini.
Sebaliknya, saat dihadapkan pada hal positif, aktifitas listrik di otaknya cenderung lebih rendah.
Itu yang menjadi sebab kenapa kita memberi perhatian yang lebih, baik secara psikologis maupun emosional, terhadap sebuah kekalahan dibandingkan dengan kemenangan.
Yang lebih menarik lagi, bias ini ternyata ngga terbentuk setelah seseorang mengalami kekalahan demi kekalahan dalam hidupnya. Tapi pertama kali muncul justru pada fase paling awal dalam hidupnya.
Sebuah studi tahun 2008 menemukan kalau negativity bias pertama kali muncul pada saat seseorang masih bayi. Bahkan pada beberapa bulan awal kehidupannya. Wow!
Dan itu juga yang menjadi alasan kenapa berita-berita negatif lebih menarik perhatian kita dibandingkan dengan berita positif. Dan ini dimanfaatkan dengan baik oleh para pembuat berita.