Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harapan Fitri Seorang Non-Muslim

24 Mei 2020   08:30 Diperbarui: 24 Mei 2020   09:02 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Facebook.com

Saya sangat bersyukur Karena bisa tinggal dan dibesarkan di lingkungan yang beragam, baik suku maupun agama. Keragaman itulah yang justru menjadikan kami semakin kaya dan erat persatuan kekeluargaannya. Saat ini, kita sudah/sedang memasuki masa kemenangan.

Sebagai seorang Katolik, sudah sepatutlah saya juga turut merasakan sukacita dan merayakan kemenangan bersama saudara saya yang beragama Islam. Besar harapan saya sebagai seorang non-muslim, kiranya kehadiran saya dapat membuat teman-teman muslim menjadi lebih baik dalam keislamannya, dan juga kehadiran mereka dapat menjadikan saya lebih baik dalam kekatolikan saya.

Toleransi haruslah dimaknai secara lebih luas. Saya tahu, bahwa terkadang ada rasa canggung bahkan 'kurang nyaman' kalau kita berada ditengah sesama yang berbeda, baik agama maupun suku dan budaya. Ini adalah hal yang lumrah, sebab toleransi pada dasarnya memiliki makna yang kompleks.

Senada dengan Jony Eko Yulianto, seorang psikolog sosial yang fokus pada masalah intoleransi, saya melihat bahwa banyak masyarakat awam yang menganggap toleransi hanya sekedar masalah menghargai perbedaan yang dimiliki oleh kelompok lain (Kompas.com, 19-12-2018). Padahal,  kalau kita membaca riset dari Maykel Verkuyten dan Kumar Yogeeswaran (2017) dalam Personality and Social Psychology Review, sedikitnya terdapat tiga komponen toleransi menurut kajian Psikologi, yakni objection, acceptance, dan rejection.

Dalam aspek objection, peran afeksi kitalah yang sangat penting dalam memahami kelompok lain. Artinya, rasa senang, atau tidak suka atau tidak puas dengan apa yang kelompok lain lakukan. Di lain kata, objection adalah toleransi pada level sikap.

Aspek acceptance atau penerimaan merupakan reaksi psikologis kita dalam mempertimbangkan keberadaan kelompok lain. Semisal, ketika kita berada ditengah kelompok yang berbeda keyakinan, tentu pikiran kita akan menilai, apakah saya layak atau tidak, apakah yang saya kehendaki ini sesuai dengan kehendak kelompok lain atau tidak. Singkatnya, aspek ini aktif pada tataran atau level psikologis seseorang.

Sedangkan, untuk aspek rejection, di dalamnya berisi perilaku kita dalam menanggapi berbagai pandangan yang ada. Sekalipun berbeda perspektif, kita bisa bertindak sesuai niat kita, apakah mau inklusif atau eksklusif, tergantung kita sendiri. Atau bisa dibilang, rejection merupakan toleransi pada level perilaku

____________________________________

Terlepas dari konsep teoritis-psikologis di atas, saya kira kita semua patut memiliki kesadaran yang sama bahwa hidup ditengah keberagaman adalah suatu keistimiewaan yang harus diterima, suatu kekayaan yang harus dirawat, dan suatu anugerah yang harus disyukuri. Pada dasarnya, kita terlahir ke dalam dunia yang penuh keragaman. Itu merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa ditampik. 

Adanya kita dalam keragaman, merupakan keunikan yang mengagumkan. Terimalah itu semua sebagai anugerah dari Sang Pencipta, supaya dari mereka yang berbeda itulah kita bisa belajar bersatu.

Hendaknya kita menjadikan dasar dari segala aktivitas dalam hidup bersosial dengan semangat cinta kasih. Sekalipun kita berbeda dalam suku, agama, rasa, bahasa, dan golongan, tetapi ingatlah bahwa kita semua satu dalam 'KEMANUSIAAN'. Janganlah menjadikan perbedaan sebagai tembok pemisah, tetapi jadikanlah itu sebagai tali pengikat persaudaraan di bulan penuh berkah ini, agar niat, puasa dan doa kita berkenan di hadirat Sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun