Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Yesus Naik ke Surga (Hari Raya Kenaikan Kristus)

21 Mei 2020   08:30 Diperbarui: 21 Mei 2020   08:28 5199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: WordPress.co. - Kristologi.com

Kenaikan Tuhan ke Surga adalah salah satu butir pengakuan iman yang sudah ditemukan dalam simbol-simbol paling awal, sebagai bagian essensial dari kemuliaan Kristus. Hal ini menunjukkan ke-Tuhan-an Yesus, kepenuhan hidup dan kuasa serta otoritasnya sebagai raja semesta alam. 

Dapat dikatakan bahwa inti kenaikan ke Surga terletak pada kenyataan bahwa Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapak, yaitu mengambil bagian dalam kemaha-kuasaan Allah yang telah memberi Dia "segala kuasa di Surga dan di Bumi" (Mat. 28: 18). Butir pengakuan iman ini ditemukan juga dalam symbol Nicea. 

Dalam symbol Nicea, kata "yang naik ke Surga" ditempatkan tepat sesudah kata-kata "bagi kita dan bagi keselamatan kita". Ini berarti bahwa kenaikan ke Surga tidak hanya berhubungan dengan kemuliaan Kristus tetapi juga karya penebusanNya. Konsili Vatikan II mengatakan: "Karya penebusan umat manusia dan pemuliaan Allah yang sempurna itu telah diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama. 

Karya itu diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paska: sengsaraNya yang suci, kebangkitanNya dari alam maut dan kenaikanNya dalam kemuliaan. Dengan misteri itu Kristus 'menghancurkan maut kita dengan wafatNya, dan membangun kembali hidup kita dengan kebangkitanNya'. Kenaikan ke Surga diceriterakan dua kali oleh St. Lukas (Luk. 24: 50-53; Kis. 1: 9-14) dan satu kali oleh St. Markus pada akhir Injilnya (Mrk. 16: 19). St. Petrus menyampaikan hal ini dalam kotbah pertamanya, sebagai akhir dari masa bakti Yesus di Bumi: "...selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke Surga" (Kis. 1: 21-22). 

Banyak kali kenaikan Tuhan disinggung dalam Perjanjian Baru, baik sebagai prediksi sebelum hal itu terjadi (Bdk. Mat. 26: 64; Luk. 24: 25-26; Yoh. 6: 62; 14: 2; 16: 28; 20: 17) maupun sebagai referensi sesudah hal itu terjadi (Bdk. Kis. 2: 34; Ef. 4: 10; 1 Tim. 3: 16; Ib. 4: 14; 6: 19-20; 7: 26; 9: 24; 1 Pet. 3: 22). Dalam Markus 16: 19, Luk 24: 50-53 dan Kis. 1: 9-14, peristiwa kenaikan dihubungkan dengan penampakan terakhir Kristus yang telah bangkit. 

Hal ini menandai berakhirnya masa kebersamaan Yesus dengan murid-muridNya. Dengan kenaikan Kristus ke Surga, era baru dimulai yaitu era Gereja. Dalam era itu umat beriman hidup dalam pengharapan akan kedatangan Tuhan kembali. Kedatangan Tuhan ini terjadi pada akhir zaman. Sejak kenaikan Tuhan tidak ada lagi penampakan dalam arti sebagai pengalaman menyaksikan Kristus yang telah bangkit. Mungkin orang masih berbicara tentang penampakan Yesus tetapi tidak sama artinya dengan penampakan Yesus sesudah kebangkitan sampai kenaikanNya ke Surga.

Kenaikan Tuhan dapat digambarkan sebagai sisi lain dari kebangkitan (kenaikan dan kebangkitan bagaikan dua sisi dari sekeping mata uang). Kenaikan Tuhan sangat penting bagi keselamatan yang akan datang yaitu saat kedatangan Tuhan kembali (parousia), dan merupakan dasar hidup Gereja karena dihubungkan dengan perutusan Roh Kudus. 

Kenaikan juga merupakan suatu manifestasi dari masuknya Yesus ke dalam kemuliaan Surgawi. Ia "masuk ke dalam Kemah Surgawi" di mana "Ia duduk di sebelah kanan Allah", hidup selama-lamanya untuk "menjadi pengantara kita kepada Allah". Di sana Ia menjalankan kuasaNya sebagai raja dan Imam abadi.

Dengan kenaikanNya yang mulia Yesus memenuhi kurban penebusanNya dan sejak itu Dia menjadi pengantara dan pembela kita di hadapan Allah. Dengan kata lain, Dia tidak hanya menjadi pengantara kita di Bumi ketika masih "dalam hidupNya sebagai manusia" ketika "Ia mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia.....dan menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua yang taat kepadaNya" (Ib. 5: 7. 9), tetapi juga meneruskan pengantaraanNya itu di Surga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun