Masih segar di ingatan kita, sebuah kasus di mana seorang bayi yang masih berusia 15 bulan dengan tragis harus meregang nyawa. Setelah tiga kali dilempar ke tembok oleh ayahnya sendiri. Ketika ditanyai polisi alasannya dia sedang bercanda. Kasus tersebut menjadi salah satu gambaran bahwa pernikahan itu tak selalu berujung dengan kebahagiaan. Di luar sana masih banyak kasus yang muncul setelah pernikahan terjadi.
Semua pasangan tentunya berharap agar setelah menikah kehidupan menjadi lebih baik dan menyenangkan. Kita memiliki pasangan yang akan menua bersama serta berbagi cerita. Maka dari itu ketika membicarakan pernikahan tidak bolehlah gegabah. Bukan hanya sekadar sah! Kehidupan setelah pernikahanlah yang akan menjadi ujian selanjutnya. Yakin kita sudah mapan dan menyiapkan semuanya?
Menikah itu ibarat investasi, kita harus memilih pasangan dengan sangat hati-hati. Menikah itu sudah tidak lagi membicarakan mengenai ego yang ada di masing-masing pribadi. Tetapi lebih kepada membangun ruang dialog di antara keduanya.
Saya meyakini dengan sangat bahwa angka 9 yang sengaja dipasang di iklan pernikahan merupakan doa dan harapan terbaik yang diberikan kepada mempelai. Sehingga nantinya setelah menikah mencapai kebahagiaan dan mensyukuri memiliki pasangan  yang digariskan Tuhan. Sebagai anugerah terindah yang pernah kumiliki, seperti kata Babang Duta Sheila on 7.
Menikah itu bukanlah sebuah balapan. Pernikahan adalah perkara kesiapan dan kematangan setiap pasangan. Bagi yang sudah menikah, jagalah dan bahagiakanlah pasangan.Â
Menutup tulisan ini, izinkan saya menitipkan sebuah pesan. Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu sebuah pilihan. Happy wedding bagi teman saya yang akan segera melangsungkan pernikahan. Pilihan ada di tangan kalian berdua. Sedangkan saya? Tenang, masih tetap setia menjadi orang yang diberi undangan bukan memberikan undangan.(*)