Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Hikayat Pinggiran Ciliwung yang Tak Seelok Dulu

7 September 2016   19:26 Diperbarui: 8 September 2016   05:02 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: worldtourismindonesia.blogspot.com

Suara lembut terlontar dari mulut Nenek Rahayu yang sedang melantunkan ayat suci Al-Quran. Berkat suaranya, seorang bocah yang tertidur disampingnya ikut terbabangun dari mimpinya di Minggu pagi.

Seperti biasa, Nenek Rahayu selalu menyempatkan waktunya untuk membaca Al-Quran seusai menjalankan kewajibannya sebagai Umat Islam yaitu shalat ketika mentari menampakkan wajahnya di waktu subuh.

Anak yang tadinya masih berbaring diatas permadani, segera bangkit menuju jendela rumah. Berkat rahmat Tuhan yang memberinya tubuh sintal dan sedikit tinggi, mengharuskannya untuk berdiri diatas kursi demi menggapai jendela.

Setelah berdiri diatas kursi, dengan sigap ia membuka jendela, sebuah hal yang selalu ia nanti ketika menginap di kediaman neneknya. Rumah neneknya berada di Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan persis di seberang Kali Ciliwung dan beseberangan dengan wilayah Condet.

Rumahnya yang cukup tinggi, membuat pemandangan saat melihat aliran Kali Ciliwung begitu indah dengan riak-riak akibat terbentur bebatuan. Tapi pemandangan paling indah di pinggir Ciliwung adalah ketika matahari terbit.

Tak perlu menunggu lama, sang anak langsung kegirangan melihat monyet yang mulai beraktifitas diatas pohon-pohon besar seperti pohon kapuk dan pohon kecapi di pinggir Ciliwung, kelurahan Condet. Sangking girangnya, ia sampai melompat-lompat sambil berteriak "Mbah ada monyet ada monyet!" diatas kursi. Karena ulahnya pula sang nenek yang khusu membaca Al-Quran harus berhenti sejenak menenangkan kegirangan sang cucu.

Tiba-tiba monyet-monyet tadi yang tak terhitung jumlahnya mulai berlompatan dari satu dahan ke dahan lainnya seperti di film Tarzan. Akibat bias cahaya matahari, badan monyet itu terlihat seperti bayangan yang melompat-lompat.

Bocah lima tahunan itu mulai turun dari kursinya dan asyik menonton tv yang sudah dinyalakan oleh sang nenek selagi si cucuk asyik memandangi beberapa koloni monyet. Tak terasa mentari mulai menyengat di kulit tatkala sinarnya masuk dari jendela rumah yang sedari subuh di buka, tiba-tiba suara temannya memanggil dari luar rumah untuk mengajak bermain.

Ajakan itu segera di iyakan, keduanya menuruni tangga yang ada di depan rumah Nenek Rahayu yang menghubungkan warga dengan tepian Kali Ciliwung. ketika berada persis di pinggir aliran air Ciliwung, ada seorang Ibu-ibu bernama Edet memanggil mereka dan mengajak mereka untuk menyeberangi sungai.

Menyeberangi sungai merupakan hal yang biasa untuk mereka, apalagi buah di pohon kecapi banyak yang masak, kedua bocah tadi sangat suka buah kecapi sehingga mengikuti perintah Mak Edet keseberang untuk memunguti buahnya yang telah masak di tanah.

Sumber Gambar: hariyadiedogawa.blogspot.com
Sumber Gambar: hariyadiedogawa.blogspot.com
Warga menggunakan getek atau rakit dalam Bahasa Indonesia untuk menyeberangi kali yang lebarnya mencapai 14 meteran. Untuk menikmati getek, warga hanya perlu mengeluarkan uang sebesar 500 rupiah untuk satu orang untuk anak kecil 500 rupiah berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun