Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jogo Bonito Perlu Perawatan Setelah Terkikis Waktu

13 Desember 2022   09:00 Diperbarui: 13 Desember 2022   10:29 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerang Brasil Neymar (Tengah) menangis setelah kalah dalam adu penalti perempat final Piala Dunia Qatar 2022| AFP/JEWEL SAMAD via Tribun-Papua.com

Neymar terduduk sambil menangis sendu di tengah lapangan. Kepalanya sering dibenamkan kebawah, dihalangi siku yang melingkar di atas tumit seakan tak kuasa melihat tetes air mata penonton di tribun yang jauh-jauh datang ke Qatar untuk menyaksikan Brasil berlaga pada panggung Piala Dunia ditengah krisis yang menimpa negerinya.

Brasil secara mengejutkan takluk oleh Kroasia dalam partai perdelapan final Piala Dunia 2022 pada 9 Desember lewat drama adu penalti, padahal Tim Samba datang sebagai unggulan. Tim ini diisi oleh pemain-pemain hebat yang berlaga di klubnya masing-masing dengan bekal skill individu mempuni.

Mereka menjadi pilihan alias selecao dalam bahasa portugis untuk memenangkan turnamen ini. Tite yang bertugas sebagai pelatih, percaya dengan modal skill individu tim untuk bermain berlandas kemashuran filosofi negerinya yakni jogo bonito.

Brasil dikenal dunia dengan sepak bola indah, sebuah pola yang menunjukkan kecintaan warganya dengan olahraga ini. Dalam praktiknya, sepak bola dibuat menyenangkan dan menarik dengan kemampuan olah bola seperti seorang pemain sirkus yang membuat decak kagum penonton.

Para pemain yang dibentuk dari lapangan futsal dan sepak bola jalanan, menjadikannya individu atraktif. Para pemain Samba muncul dengan kelebihan skill di atas rata-rata yang menjadi senjata ampuh menghancurkan pertahanan lawan, inilah pola permainan utama jogo bonito

Sumber: www.citizen.co.za
Sumber: www.citizen.co.za

Filosofi permainan tersebut membuat mereka memegang rekor sebagai negara kampiun Piala Dunia terbanyak mencapai 5 kali. Namun jogo bonito seakan terkikis oleh usia, seperti sosok yang mencetuskan istilah ini sekaligus raja sepak bola, Pele.

Sang legenda yang kini menginjak usia 82 tahun dikabarkan terserang infeksi pernapasan yang diperparah oleh Covid-19, disamping itu Pele masih menjalani kemoterapi kanker. Bahkan sebelumnya banyak kabar beredar kalau Pele berada di ruang paliatif, tempat pasien menunggu ajalnya karena sakit yang tak bisa disembuhkan.

Informasi apapun yang benar, Pele tetaplah seorang manusia biasa. Umurnya tak bisa diperbarui karena kematian adalah kepastian, tapi tidak dengan jogo bonito. Filosofi ini masih bisa diandalkan selama rakyat Brasil tetap mencintai olahraga ini dan kiamat tak datang ke bumi.

Filosofi sepak bola mereka sudah ada dalam DNA yang terbentuk melalui kultur serta budaya seperti tarian, festival, dan pesta di negara tersebut sebagai akar kegembiraan di tengah situasi sulit sekalipun. Kegembiraan ini diekspresikan pula melalui sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun