Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyibak Budaya, Mengenal "Kita" dengan Bingkai Globalisasi

5 November 2021   12:05 Diperbarui: 5 November 2021   12:15 6542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamoro Art Expo 2021 | Dokumentasi Pribadi

Founder Pace Kreatif, Billy Iwan E. Tokoro yang hadir dalam dialog budaya itu menyebut bahwa komunitasnya melakukan edukasi pada masyarakat tentang penggunaan teknologi dan cara terbaik bermedia sosial.

Melalui media tersebut, Iwan dan kolega ingin dunia mengetahui keindahan dan kreativitas masyarakat di Papua.

"Aktif di sosmed dengan hanya menjual ide. Kita beri anak kampung pelajaran nanti kita berkolaborasi. Share dengan teman lain supaya teman lain tahu. Sederhana dan simpel, " katanya.

Papua memang memiliki banyak sekali kearifan lokal tak hanya melalui seni seperti yang suku Kamoro miliki, mereka juga punya kekayaan alam indah dan bisa dijadikan destinasi wisata, serta nilai sosial di masyarakat paling timur di Indonesia.

Nilai sosial tersebut bisa ditanamkan melalui banyak cara salah satunya pendidikan dini. Beruntung di Indonesia ada kelompok anak muda yang membentuk perkumpulan, mengajarkan anak daerah mengenal nilai melalui jalur kebudayaan lokal.

Perkumpulan yang diberi nama Yayasan Wahana Visi Indonesia itu selalu memberikan pendidikan kepada anak di daerah berlandaskan kearifan lokal.  

Dalam dialog tersebut, Education Team Leader Yayasan Wahana Visi Indonesia, Marthen Sambo berujar jika pendidikan adalah intervensi paling dasar bagi manusia sehingga ia dan rekan-rekan mengembangkan model pendidikan sesuai karakteristik budaya lokal hingga merumuskannya menjadi semacam kurikulum pembelajaran.

"Anak Papua gak boleh dicabut dari akarnya. Kita ajak para kepala suku, tokoh agama, hingga tokoh masyarakat kita ikutkan dalam pembelajaran. Sehingga akan masuk dalam kurikulum pengajaran, " ungkapnya.

Pembicara hebat lain yang turut andil dalam dialog budaya tersebut adalah Co-Founder dan Chief of Community Development & Partnership Du Anyam, Hanna Keraf. Ia bersama 2 rekan perempuannya memiliki misi memberi kebebasan finansial bagi para istri dengan menjual beberapa kerajinan tangan.  

Kini Du Anyam tak hanya mampu mengembangkan keuangan keluarga melalui peran istri, tapi juga membantu keberlangsungan lingkungan dengan melestarikan pohon sebagai bahan baku anyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun