Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Surat Cinta buat Iwan Fals, Sebab Zaman Tetap Bergerak

2 November 2017   13:32 Diperbarui: 2 November 2017   13:47 3657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: iwanfals.co.id

Bang Iwan, Anda pasti tidak kenal saya, tapi saya merupakan satu dari jutaan pengagum Anda. Saya mengagumi Anda sejak kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Lagu yang paling saya suka waktu itu berjudul "Senandung Lirih", lagu menye menyoal orang yang putus cinta. Padahal pasangannya merupakan sosok paling dicintainya. Akhirnya ia mencari sosok itu tapi niatan itu tak pernah terwujud.

Lagu itu saya dengar di rumah teman Ibu saya yang anaknya sudah masuk Sekolah Menengah Atas (SMA), ia juga pengagum Anda, Bang Iwan. Kamarnya dipenuhi poster bergambar muka Anda dan beberapa band luar negeri semisal Linking Park dan Metalica.

Lagu berjudul "Senandung Lirih" merepresentasikan perasaan saya waktu itu yang dilanda gundah gulana. Wanita pujaan saya memilih lelaki lain, maafkan saya, Bang, sudah bermain cinta walau masih ingusan.

Setelah lulus SD saya tak pernah bertemu dengannya walau hati ini ingin berjumpa. Oh, ternyata inilah cinta pertama yang sulit dilupakan. Tapi jujur cinta itu hilang, diganti orang baru walau sebagai teman, saya tetap ingin bertemu dengannya.

Sekali lagi maafkan sikap saya dulu, jika itu dianggap bodoh. Namun Anda juga berperan besar mendorong hasrat saya mencintai lawan jenis, karena Anda bilang dalam lirik Anda berjudul "Lonteku" bahwa cinta tak pandang siapa, bukan?

Berangkat dari penggalan lirik di atas, saya juga mencintai karya Anda, walau jelas kita beda generasi. Namun apa daya, lirik Anda telah menghipnotis hati saya, cinta memang tak bisa di nafikan. Persetan dengan omongan orang yang sering mencibir selera musik saya karena terlalu tua. Saya hanya ingin menjadi diri sendiri, berkata apa adanya, dan bertindak sewajarnya seperti lagu Anda berjudul "HIO".

Lagu berjudul "HIO" juga yang selalu saya ingat sebagai bekal hidup. Saya bukan orang yang suka pencitraan seperti mereka yang bisa bersilat lidah, mendekat ke konstituen untuk mendulang suara, tapi akhirnya mementingkan pribadi maupun golongan. Konstituen yang memenangkannya cuman melongo, mirip kerbau yang dicocok hidungnya. Cuman bisa mengikuti tanpa membantah.

Konser Iwan Fals di Monas bertajuk
Konser Iwan Fals di Monas bertajuk
Saking apa adanya, saya sampai menumpang motor fans Anda yang lain untuk datang ke konser Anda di Monas karena saya memegang sedikit rupiah. Untunglah saya masih punya beberapa batang rokok dan membawa botol minum dari rumah serta sisa kue lebaran yang masih bisa dimakan. Tiga elemen itu yang bisa saya bagi ke teman-teman saya.

Bang Iwan, Anda sekarang sering "ngetwet", dan lebih paham ketimbang saya soal bagaimana sikap netizen di dunia maya menyikapi sebuah persoalan. Mereka tak segan menghardik dengan umpatan kasar yang tak pantas. Apalagi tema yang mereka kritisi seputar pilihan politik atau sikap politik Anda, sungguh tema paling tendensius. Saya tahu, posisi Anda sebagai musisi beken di Indonesia memaksa Anda harus netral, tapi di lain sisi media sosial milik Anda, murni sebagai corong Anda sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki hak bersuara dan sudah di atur dalam Undang-Undang.

Sehingga saya bukan orang yang tepat mengkritisi Anda menyoal pandangan politik dan sikap di media sosial. Namun mbok ya Anda pikirkan juga mulut netizen yang serupa mercon, sedikit disulut sumbunya akan menghasilkan gaung yang besar.

Jujur, sudah banyak orang yang saya kenal dan menyukai karya Anda enggan menonton aksi Anda di panggung. Alasannya karena sikap Anda yang bersebrangan dengan mereka, sikap politik itu pula membuat mereka menganggap kritik Anda terhadap pemerintah sudah tak ada lagi atau dianggap musisi plat merah karena dekat dengan rezim hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun