Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Harus Menggunakan Sistem Otoriter!

27 September 2016   14:01 Diperbarui: 4 April 2017   18:08 3655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semakin banyak peredaran mata uang di masyarakat membuat nilai mata uang rupiah semakin kecil dibanding mata uang lain khususnya dolar amerika sebagai patokan ekonomi dunia. Kerusuhan memperparah laju inflasi, apa lagi saat itu Soekarno sangat anti asing. di bawah kepemimpinannya, tidak banyak investasi asing di Indonesia.

Inflasi dan pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sulit sekali terwujud. Sektor utama pendapatan Indonesia pada waktu itu masih mengandalkan hasil alam dari pertanian dan perkebunan. Walau sudah membuka beberapa blok untuk pertambangan, tetapi masih kecil dampaknya untuk menyerap tenaga kerja.

Saat itu Soekarno sangat berambisi membangun Indonesia menjadi negara yang beradab dengan kemampuam sendiri. Dia ingin menunjukan ke mata dunia bahwa Indonesia merupakan negara yang megah.

Dia mulai membangun beberapa mega proyek seperti pembangunan kompleks olahraga Senayan, membangun tempat penginapan, beberapa tugu, mall, dan bandara menjadi contoh megaproyeknya.

Tapi sayangnya cara yang digunakan oleh Soekarno untuk membangun itu semua dilakukan dengan menambah peredaran mata uang rupiah di masyarakat. Hal ini sangat bertolak belakang dengan perinsip ekonomo karena semakin banyak jumlah peredaran uang semakin kecil nilai mata uang tersebut. Rupiah menjadi tak ada harganya inflasi semakin tinggi.

www.harianpost.co.id
www.harianpost.co.id
Akhirnya karena laju inflasi yang tak terelakan, ditambah kebijakan-kebijakan yang kurang populer di pemerintahan Soekarno, masyarakat mulai tidak mempercayai Putra Sang Fajar. Kondisi Soekarno yang sakit-sakitan waktu itu dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin mendongkel kepemimpinannya.

Ketika penghujung kepemimpinannya,  lahirlah peristiwa G30S sebagai awal keruntuhan rezim orde lama. Soekarno akhirnya berhasil ditaklukan dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Surat yang berisi perintah pengamanan Indonesia saat itu disalah artikan oleh Soeharto, dia menilia bahwa Soekarno menyerahkan jabatannya kepada Soeharto. Rezim orba pun dimulai.

Situasi semakin memanas ketika tersiar kabar tentang dalang dari peristiwa pembunuhan beberapa jenderal saat tragedi G30S itu adalah kaum komunis. Pembunuhan orang-orang yang dituduh sebagai simpatisan komunis walau belum diketahui kebenarannya terjadi.

Keadaan di masyarakat tidak terkendali, pembakaran dilakukan dimana-mana. Inflasi lagi-lagi menjadi momok menakutkan. Sungai-sungai berubah warna menjadi merah akibat darah dan mayat berserakan di sana hingga menyumbat aliran sungai di beberapa wilayah.

Masih ingat dengan pemilihan umum pertama di Indonesia? Pemilihan itu dilakukan tahun 1955 saat Soekarno berkuasa dan di gadang-gadang sebagai pemilihan paling kondusif.

Walau dalam sejarah pemilihan umum tahun 1955 merupakan awal Indonesia melakukan pemilihan suara, namun pencoblosan sebelum tahun 1960, merujuk tahun pencoblosan selanjutnya dilangsungkan, konstituente di bubarkan tepatnya tahun 1959.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun