Mohon tunggu...
Sosbud

Wanita Bicara Emansipasi

9 Februari 2018   09:18 Diperbarui: 9 Februari 2018   09:40 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kaum kuat yang tidak berjenis kelamin sama denganku,disini saya akan menuliskan sedikit hal yang setidaknya saya harapkan mampu membuka pikiran dan hati kalian. Dalam kehidupanmu pasti tidak terlepas dengan kehadiran perempuan, tulisan ini bukan untuk menunjukan bahwa kami kaum yang merasa mampu hidup tanpa kalian, kami hanya ingin kalian memahami secara sadar bahwa kami mampu melengkapi kalian.

Tak bisa dipungkiri, dan tentu tidak bisa disangkal kalau kehidupan bermula dari Rahim kuat yang kami miliki, ya memang benihnya dari kalian, yang saat itu kita sepakati untuk menciptakan regenerasi baru dari pencampuran kesenangan kita di ranjang. Tapi coba pikirkan, jika bukan dari Rahim kami, darimana keturunanmu akan lahir?

Sebelum menjadi seorang ibu, waktu kami kecil kami hanyalah anak perempuan yang selalu berusaha dibahagiakan oleh orang tua kami, terutama ayah kami. Beliau tidak mau melihat kami bersedih apalagi hidup susah, hanya kebahagiaan kami yang menjadi prioritas ayah kami. Jadi bukannya kami tidak mau diajak hidup susah denganmu, kami tentu mau membangun kehidupan lebih baik jika kita bias hidup Bersama untuk membangun keluarga. Tapi rasanya salah jika kalian menyatakan "Ah,aku mau istriku nanti yang mau diajak susah". Wah, sepertinya kalian harus membuka pikiran, tidak ada perempuan yang mau hidup susah Bersama laki-laki yang tidak mau berusaha, coba ingatlah bahwa sejak kecil kami sudah susah payah dibahagiakan dan dicukup oleh orangtua kami, lalu apa logis jika sisa hidup kami setelah itu kami habiskan untuk hidup susah?

Jika kami adalah perempuan yang berendidikan tinggi, tolonglah jangan merasa minder atau menjauh padahal perasaan sayang sudah sama-sama kita miliki. Jika kami perempuan berpendidikan tinggi, itu tidak menjadi sebuah penghalang bagimu untuk menjadi kepala keluarga. Perempuan tetaplah perempuan, Pendidikan tinggi tentu menjadikan kami ibu yang cerdas bagi anakmu, dan menjadi istri yang bijak bagimu. Itulah yang harusnya menjadi motivasimu untuk menjadi lebih baik.

Jika kami memiliki ketertarikan pada sesuatu yang positif, dukunglah. Karena kami juga ingin mengembangkan diri, bukan hanya berdiam diri setelah menikah. Tentu jika kami memiliki prestasi, sebagai pesangan tentu kalian akan bangga kan?

Jika kami adalah wanita karir, jangan minta kami untuk berhenti. Kami hanya ingin membantu ekonomi keluarga. Bukan untuk menjadi pengganti tulang punggung keluarga. Tentu kamu yang tetap menjadi kepala keluarga, dan kami tentu tidak akan menyerahkan anak-anakmu diurus oleh orang lain atau ibuku atau mertuaku. Tenang saja.

Jadi bukan pengakuan bahwa kami mampu hidup lebih hebat darimu. Tapi kami hanya meminta pengertianmu.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun