Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pada Bulan Hujan

16 Desember 2022   17:10 Diperbarui: 16 Desember 2022   17:15 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menyebutnya sebagai Bulan Hujan

Ketika air mengaliri lekukan-lekukan lembah
Kabut tebal menyelimuti punggung bukit
Dan burung-burung kecil bertahan di malam yang lebih dingin

Bulan yang lebih lembab
Saat pohon-pohon melebatkan daun
Saat akar-akar memanjangkan sulur

Di tengah Bulan Hujan
Dari banyak hujan yang berlalu
Ada bagian waktu yang kembali

Merupa lembah yang kembali basah
Dan pohon-pohon meninggi

Seperti bukit yang berkabut
Peristiwa-peristiwa kembali memisteri

Berkelebat cepat membawa bayangan
Datang sekilas menjejak kehilangan

Sekali waktu suara lonceng begitu dekat
Lalu aroma dupa menyelinap di antara gerai

Pada akhir Bulan Hujan
Lampu-lampu berkilau lebih benderang
Dan asap meninggi dari dapur bertungku kayu

Mungkin kamu memeluk kaki mendengar cerita
Tentang pelukan hangat di bawah bintang
Tentang cerita sebelum tidur
Juga tentang langkah kaki di batuan karst

Di rumah berdinding bukit
Dan beratap langit
Pendar purnama pasti memantulkan muram matamu

| Posong | 15 Desember 2022 | 19.23 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun