Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Malam Tanpa Bunga Tabebuya

17 September 2021   21:46 Diperbarui: 17 September 2021   21:55 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Tabebuya. Dokpri. 

Manakah yang lebih berharga: perjumpaan atau perpisahan?

Mungkin perjumpaan merupa menanti tabebuya berbunga

Ketika angin selatan bertiup
Dan matahari menggantang langit
Rumput-rumput berdaun pipih cepat meninggi

Dan pohon jati menjatuhkan satu per satu daun-daun harapan yang telah mengering
Menggantinya dengan akar-akar yang terus menggenggam
Lalu indah lingkaran tahun diam-diam tergambar dalam batang yang terus tegak bertahan

Daun-daun yang dijatuhkan juga bukan perpisahaan
Ia adalah bagaimana musim menghendaki
Ketika angin takzim pada takdirnya

Tidak ada yang dapat ditunggu untuk datang lebih cepat
Juga tidak ada yang akan berlalu lebih lama

Keindahan berlalu secepat pelangi dalam buliran embun menghilang digulirkan mentari pagi

Harapan berlalu secepat matahari bersembunyi ke barat, meninggalkan langit timur

Semua dibawa serta,
Bahkan saat kita baru mengambil sedikit waktunya

Lalu malam mengelilingi pohon tabebuya
Kembali untuk menanti saat ranting-ranting menumbuhmekarkan kelopak-kelopak bunga

Malam ini masih tanpa bunga tabebuya
Seperti perjalananmu yang menghilang bersama perak langit senja

| Posong | 17 September 2021 | 20.02 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun