Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Penantian di Gereja Merah

19 Oktober 2019   07:44 Diperbarui: 19 Oktober 2019   11:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Merah Probolinggo/Dokpri

Tidak ada yang lebih hebat dari saat kereta memasuki stasiun

Roda-roda besi melambat, diikuti percikan-percikan bunga api di bantalan rel

Suara-suara menderit, seperti langkah-langkah tua yang menanggung beban

Ingin segera berhenti di tepian air tenang, di dekat sinar matahari yang dikilaukan permukaan air

Ya, halaman-halaman beratap tinggi adalah tempat terbaik untuk pulang

Dengan penat langkah ditinggalkan bersama jejak kaki di antara pasir dan kerikil

Lalu meletakkan kelelahan pada balai bertikar pandan, sambil menghirup udara yang dijaga-simpan ibu di dalam rumah

Ibu?

Kamu mestinya berbagi cerita kepadaku tentang seorang ibu

Yang selalu menunggumu pulang, dan cemas menghantar pergi

Yang terburu menuang nasi ke piring putih berhias ayam jago merah, dan tergesa menuang air minum ke gelas buram

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun