Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Hujan di Seberang Jendela

30 Juni 2019   02:30 Diperbarui: 30 Juni 2019   06:53 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, Na. Katanya kemarau akan berlangsung lebih panjang

Debu-debu akan lebih banyak diterbangkan angin selatan

Dan daun-daun jati lebih cepat digugurkan

Tidak ada lagi hujan di luar jendela, yang rinainya terdengar rapat berlarian menuju permukaan-permukaan

Suara rinai tidak pernah sama, dan itulah mengapa hujan selalu ditunggurindukan

Tetapi ada sekali rinai di bulan Juni, sebelum udara dingin lalu lebih sering menyusup di dini hari

Membuat terjaga, merupa panggilan-panggilan tanpa suara di antara lelap

Dalam perjumpaan-perjumpaan yang ditunggu dan tidak pernah terjadi

"Hai," katamu pada sebuah siang, bersamaan dengan pintu kaca yang terayun pelan dan memantulkan julangmu

Kita beruntung memiliki kalimat-kalimat pendek yang melintas cepat, selayaknya debu-debu  yang diterbangkan angin kemarau

| Prambanan | 30 Juni 2019 | 02.03 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun