Seumur-umur menjadi warga negara Indonesia (halah, kayak pernah menjadi WNA!) baru pada era sekarang para menteri terkesan asik: profesional, akrab dan suka bermain musik.
Sepertinya ada grup band ELEK YO BAND yang divokalisi oleh Sri Mulyani. Kalau diterjemahkan secara umum, Elek Yo Band dapat berarti "dikatakan jelek pun tidak masalah". Yang penting ngeband, asik dan gembira.
Foto-foto keakraban mereka terekam luas di media masa. Mulai dari pakaian mereka yang sering tampil casual, sampai cara rapat yang tidak memedulikan tempat. Seperti juga Presiden Jokowi. Bisa ditangga masjid, bisa di pematang sawah, pun bisa di ruang tunggu bandara.
Kata kunci profesional agaknya mereka pegang teguh: berorientasi hasil dengan metode yang paling ringkas dan efisien.
Profesionalisme Sri Mulyani, Susi Pudjiastuti atau Ignatius Jonan sudah tidak disangsikan. Mereka adalah profesional kelas satu. Dengan track record yang kuat. Siapa yang menyangsikan?
Tetapi jangan dilupakan Basuki Hadimuljono. Beliau adalah eksekutor jalan-jalan tol serta pembangunan infrastruktur yang fenomenal di era Jokowi. Keberhasilan yang tidak dapat dipandang sebelah mata.
Pada kasus para menteri hebat di atas, adanya frasa "menteri sebagai pembantu presiden" sepertinya kurang pas. Mereka tentu tidak sekedar membantu sesuai arahan. Mereka mengerahkan kemampuan profesional mereka untuk kemajuan bidang kerjanya. Mereka adalah eksekutor dengan visi yang hebat. Tidak sekedar membantu.
Siapakah bintang dari para menteri itu?
Saya memilih Basuki. Mengapa? Beliau terlihat begitu hebat di lapangan. Menempatkan diri sebagai "team player". Dan satu lagi: nggak jaim!
Lihat saja bagaimana kaki Menteri Susi dipijit, atau bagaimana Jonan dipeluk. Juga jongkok ditangga masjid berdiskusi dengan Pak Jokowi. Cara berpakaian Basuki sepertinya sangat terakomodir baik dalam selera dan atmosfir kasualitas yang dibawa Presiden Jokowi. Satu hal yang keren adalah selera bermusiknya. Nampaknya beliau adalah seorang gitaris yang handal.
Saya tidak tahu mengapa kabinet ini terlihat lebih asik. Lebih cair. Dan mengutamakan hasil. Hal yang cukup jarang terjadi di Indonesia yang kental aroma formalitas dan begitu menjaga image.
