Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa Saya Lebih Memilih Jokowi

9 Februari 2019   21:50 Diperbarui: 9 Februari 2019   21:58 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden

Dari mana menakar budi seseorang? Salah satunya: lihatlah reaksi anak kecil kepadanya. Mengapa? Karena anak-anak tidak menakar peristiwa atau mamandang seseorang dengan motif yang disembunyikan. Dengan pretensi. Tetapi dengan naluri yang murni

Tidak ada senyum yang lebih indah daripada senyum anak-anak. Tidak ada binar bola mata yang lebih elok daripada binar bola mata anak-anak. Tidak ada celoteh yang memupuk rasa rindu seperti celoteh anak-anak. Tidak heran Nabi Isa A.S. berkata," Biarlah anak-anak itu datang kepadaKu, karena merekalah empunya kerajaan surga"

Ketulusan adalah "best-price" dari anak-anak. Tindakan mereka tidak diawali dengan motif tetapi dengan naluri mencinta. Membagikan diri tanpa pamrih. Mengulurkan tangan tanpa kepura-puraan.

Salah satu yang terbawa dari masa kanak ke masa dewasa adalah naluri mencinta. Seorang boleh memiliki segudang pengalaman dan atau sederet gelar akademis, tetapi tanpa naluri mencinta yang terus dikembangkan dan berkembang maka posisi sebagai manusia merdeka sudah selesai.

Boleh saja orang hanya mampu melakukan hal-hal kecil. Pekerjaan-pekerjaan sepele. Tetapi tanpa cinta yang besar dengan apa yang dikerjakan maka makna yang didapatkumpulkan bisa jadi sedikit.

Mudah?

Absolutly not. Sangat sulit. Wit gedhang awoh pakel. Omong gampang nglakoni angel. Hanya mudah diomongkan. Sangat sulit dilakujalankan. Mengapa Jokowi menjadi istimewa dalam mencintai Indonesia?

Di tengah gempuran (oleh bagian bangsa sendiri!) yang dahsyat beliau bisa selalu berusaha berada dalam penyadaran eksistensi diri yang luar biasa. Sangat sedikit orang mampu berada dalam level itu.

Pasti semua mahfum, dengan jabatan setinggi dan sekritis presiden, beliau harus menjaga langkah-laku dalam berkeputusan. Sekali gegabah, bangsa dipertaruhkan. Dari sisi politik, beliau harus meredam isu sara yang dimainkan sementara pihak. Isu yang selalu beresiko sangat besar.

Dari sisi ekonomi, beliau digempur habis mulai dari sisi kurs, ekspor, impor, tarif dan hutang yang sudah disetujui DPR. Padahal menurut para ahli keseimbangan makro ekonomi berada di level yang jauh lebih sehat, bahkan dalam situasi krisis yang mendera.

Dari sisi sosial, beliau digempur habis terkait pemerataan pembangunan dan isu kemiskinan. Infrastruktur yang merupakan syarat dasar kemampuan bersaing menjadi isu yang diputarbalikkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun