Mohon tunggu...
Diar Noorstiar Hidajat
Diar Noorstiar Hidajat Mohon Tunggu... -

See through the lense of a real winner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pantai Santolo, Keindahan yang (Belum) Banyak Tersentuh

16 April 2015   10:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:02 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14289000031289414027

Liburan ke pantai? Tidak perlu jauh-jauh, coba ke bagian selatan Jawa Barat, tepatnya di  Pameungpeuk kabupaten Garut, ada pantai Santolo yang keindahan nya tidak kalah dengan pantai mainstream di Bali dan Lombok.

[caption id="attachment_360514" align="aligncenter" width="640" caption="suasana di pesisir pantai"][/caption]

Hamparan pasir putih sepanjang bibir pantai, deru ombak yang menggulung-gulung dengan suara yang menggelegar dijamin akan memuaskan pandangan mata Anda ketika pertama kali berjumpa dengan pantai yang satu ini.

Tidak kalah menarik ada pulau yang bisa dikunjungi dengan menyebrang menggunakan perahu sewaan, di pulau ini ada batu karang yang mirip dengan karang yang terdapat di pantai Kuta-Bali.

Mau permainan air ? ada banana boat yang akan memicu adrenalin Anda.

Sekadar membasahi kaki dengan buih di pesisir, atau membasahi diri dalam terkaman ombak setinggi 1 meter di bibir pantai bisa dilakukan dengan aman, tapi tetap waspada ya, terutama bagi Anda yang membawa serta anak-anak, harus tetap dalam pengawasan ketat selama bermain air dan ombak.

Perjalanan ke Santolo akan memakan waktu sekitar 4-5 jam dari Bandung Jawa Barat, relatif lebih dekat jika dibandingkan dengan pantai mainstream di Ciamis yaitu Pangandaran (biasa ditempuh dalam 7-8 jam perjalanan). Santolo bisa di tuju melalui jalur Garut-Cikajang-Pameungpeuk-Santolo, atau melalui jalur selatan kota Bandung,  yaitu Pangalengan-Cisewu-Rancabuaya-Santolo. Jalur pertama disebut banyak dilalui oleh kendaraan umum, dan walaupun melintasi kebun teh serta hutan, jalur ini cukup aman dan nyaman untuk dilalui, berbeda dengan jalur kedua, jalan nya sudah bagus dan mulus, namun medan di cisewu cukup ekstrem, jalanan sempit, tanjakan dan turunan curam, sisi tebing dan jurang, bagi yang ingin menggunakan jalur ini, harap ekstra hati-hati.

Fasilitas di tempat wisata masih terlihat alakadarnya, lumayan bersih dan rapi karena terdapat balai pengujian roket yang dikelola oleh LAPAN, penginapan dan rumah makan bertebaran di sisi pantai, jangan berharap ada fasilitas hotel berbintang, semua kamar di buat alakadar. Kami memilih menginap di Naomi House, sedikit menjorok ke arah tempat pelelangan ikan yang setiap pagi ramai oleh nelayan, penginapan ini dekat dengan tempat ibadah (masjid) hanya beberapa langkah saja, terdapat 2 lantai, dan setiap lantai ada 2 kamar, setiap kamar sudah dilengkapi dengan kamar mandi di dalam, kipas angin, kasur dan bantal guling, tarifnya? relatif murah, cukup bayar 100-125 ribu/kamar/malam.

Mau penginapan ber AC? ada juga, dengan tarif yang lebih mahal tentunya.

Jangan berharap akan mendapatkan masakan sea food ala restoran modern, walaupun di tepi laut, konsep masakan yang di jajakan adalah masakan tradisional rumahan. Rasa? lumayan enak, harga? relatif sih, ikan kakap merah di jual di kisaran Rp. 120-140 ribu/kg sudah matang, tinggal makan, udang Rp. 150 rb/kg, lobster kecil Rp. 200 rb/kg dan lain lain.

Yang unik ada mata lembu, makanan semacam kerang (tepatnya seperti siput) yang memiliki biji penutup menyerupai mata lembu. Cara memasaknya direbus seperti merebus kerang, disajikan dengan saus tomat dan kacang. Harga nya bersahabat sekitar 35-40 rb/kg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun