Mohon tunggu...
Dian Yulia Kartikasari
Dian Yulia Kartikasari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penikmat alam, kuliner dan menyukai dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resensi Novel: Ayah, Menyayangi Tanpa Akhir

30 Desember 2013   12:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:21 4056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388381372977648230

[caption id="attachment_312352" align="aligncenter" width="540" caption="(ilustrasi: gramedia.online.com)"][/caption] "Pada akhirnya kita harus sendiri." Kalimat yang terpampang di cover itulah yang akhirnya membuat saya memutuskan membeli novel karangan Kirana Kejora ini. Membeli novel setelah sekian tahun lamanya tidak membeli rasanya hal yang asing. Sudah lama saya tidak menghabiskan diri dalam sebuah novel apalagi yang ber-genre drama. Hidup saja terkadang sudah terasa drama buat apa kita bermellow ria? Haha sebuah pemikiran yang menjauhkan saya dari hal mellow atau mengharu biru. Ada yang beda dengan novel ini. Biasanya sudah bosan dengan beberapa paragraf awal namun tidak dengan rangkaian kata dari Kirana Kejora. Single Fighter Berdasarkan kisah nyata tentang perjuangan seorang single parent sekaligus menjadi single fighter, adalah Arjuna atau akrab dipanggil Juna bersama anaknya Mada dari Gajahmada tokoh sental dalam kisah ini. Membuktikan bahwa pria pun bisa menjadi mahluk serba bisa apabila dihadapkan pada keadaan dimana ia harus mampu menjalankan berbagai peran dengan baik. Dan Juna dalam kisah ini pun menjalani hari dan harinya dengan tabah dan tegar. Juna berjuang mendidik dan membesarkan Mada seorang diri sedari bayi. Beragam kisah lucu, mengharukan, penuh dengan emosi dan intrik keseharian namun dibalut dengan kalimat sederhana. Itulah yang membuat saya terpikat dari halaman demi halaman. Bahasa yang digunakan selain sederhana, ringan dan renyah. Begitu tangguh penulis mengambarkan sosok Juna sebagai single dad bagi Mada. Walau ada kesan hidup Juna terlalu sempurna dari segi karier dan materi. Terlalu berlebihan dan terlalu 'wah' namun itulah kelebihan fiksi kita bisa menggambarkan apapun terserah penulis :) Memilih Hidup Sendiri Juna yang hidupnya terlalu sempurna bagi pria manapun tetap memilih hidup sendiri dan mencurahkan seluruh kasih sayangnya untuk Mada, buah hatinya. Lika-liku tentang Mada yang meminta Ibu baru pun digambarkan secara apik. Juna digambarkan sebagai pria yang konsekuen akan pilihan hidupnya. Melepaskan kehidupan dari keraton Solo yang penuh dengan aturan dan tata krama, dan memilih mencintai wanita keturunan Jepang dengan segala resikonya. Cerita tentang bagaimana ia berpisah dengan Ibu Mada pun terasa lebih seru jika dibaca sendiri di novel ini. Lebih baik jika saya tidak membuka semua ceritanya bukan? ;) Menghargai Waktu Belajar banyak dari novel tentang perjuangan orang tua tunggal ini. Bagaimana mengatur dan mengharmonisasi waktu antara pekerjaan sekaligus mendidik dan membesarkan anak seorang diri. Bagaimana bisa sukses berkarir namun tidak mengabaikan dan membagi perhatian menyeluruh kepada sang buah hati. Walau tidak ada kesempurnaan di dunia nyata yang nyaris sama dengan dunia fiksi, akan tetapi bukan tidak mungkin kita bisa mengkolaborasikan segala peranan dengan baik dan semaksimal mungkin. Novel ini pun memberi pesan moral akan berharganya waktu. Waktu tidak bisa diputar kembali, tidak ada ruang untuk penyesalan. Hargai setiap waktu yang ada dengan mengisinya untuk hal berguna dan berbagi dengan sesama, dengan orang yang kita kasihi. Jujur saya katakan saya menangis saya membaca beberapa lembar halaman terakhir, ending yang sentimentil seolah membawa saya hanyut dalam ceritanya. Recommended novel! Untuk anda para pecinta fiksi yang diangkat dari kisah nyata. Judul                : Ayah, menyayangi tanpa akhir Pengarang      : Kirana Kejora Penerbit          : Zettu Harga buku    : Rp 55.000,- Tebal                 : 372 halaman

* *

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun