Mohon tunggu...
Dian Triana
Dian Triana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Tugas, semangat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisahku

9 November 2021   22:29 Diperbarui: 9 November 2021   22:33 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di sebuah rumah tingkat dua, bergaya betawi bercat putih, laki laki dengan kacamata tertahan di hidung nya itu sedang menikmati malam yang lenggang, dibawah bulan purnama yang sinarnya menyinari semua penduduk bumi, tidak ada satu titik pun awan yang menghalangi cahaya bulan malam ini, malam yang sangat tenang, damai dan udara Jakarta yang dingin. Laki laki itu menghirup udara dalam dalam sampai rasa dingin membasuhi paru parunya. 

Dalam keadaan lenggang di akhir tahun 78, dingin menyeruak kulit , terdengar suara langkah kaki mendekat. " Kakek, kakek kenapa melamun? Ini kan sudah malam, seharusnya kakek tidur" Tanya anak kecil itu sambil memegang tangan kakek nya. " Kakek tidak melamun ko, Tan kenapa bangun?" Tanya balik sang kakek. " Tan tidak bisa tidur ke, kakek bisa tidak bercerita agar tan bisa tidur", " Tentu saja bisa, kakek akan ceritakan tentang hal yang Tan tidak ketahui tentang kakek", " Sebelum tidur bukan nya Tan harus minum susu ya? "Lanjut sang kakek, " Iya hehe sebentar ya Tan minta ke nenek", anak kecil itupun berlari kecil menghampiri neneknya yang sedang duduk mengobrol dengan ibu dari anak itu. " Nenek Tan mau susu" , kata anak itu sambil melihat neneknya " Eh, ko ke nenek, sini biar mama yang bikin kan, sebentar ya", jawab sang ibu sembari berjalan ke arah dapur. " Tan tidak bisa tidur ya? " Tanya nenek, " Iya nek, jadi sekarang mau minum susu dan mendengarkan cerita kakek" Jawab nya. " Tan ini susunya" Teriak ibu anak itu. Anak kecil itupun mengambil susu dari ibunya, dan dengan hati hati membawa gelas berisi susu hangat dengan tangan putih kecil nya. " Kakek, yu cerita" Ucap sang anak sambil tersenyum menghadap kakeknya. 

.......

Perkenalkan, aku Mohammad Hatta lahir di Fort de Kock, Hindia Belanda pada tanggal 12 Agustus 1902. Aku lahir dengan nama yang berbeda dengan yang sekarang, nama asli ku Muhammad Athar,kenapa berbeda? Karena aku tidak bisa menyebutkan athar dengan baik, jadi ku panggil diriku sendiri dengan nama Hatta. Ayahku bernama Muhammad Djamil dan ibuku bernama Siti Saleha. Ayahku berasal dari Batu Hampar mungkin sekitar 16 kilometer dari Fort de Kock. Sedangkan ibuku merupakan keturunan campuran dari Minang dan Jawa. Sayangnya ayahku meninggal dunia di usinya 30 , saat aku masi berumur 8 bulan.

Kakek ku seorang ulama besar, namanya Datuk Syekh Abdurrahman, ia adalah pendiri surau di Batu Hampar dekat Bukit Tinggi. Aku di besarkan di keluarga islam yang sangat taat, tentu saja karena kakek ku seorang ulama besar. Aku memanggil kakek ku dengan sebutan Geak.

" Athar! Jangan melamun, dengarkan apak mu mengaji " Ucap Geak yang membuat jantungku langsung berdegup sangat kencang. " Iya Geak,ini Hatta mendengarkan", aku terus mendengarkan apak ku mengaji, hingga akhirnya aku pun di tanya tentang arti Al' quran yang di baca Apak oleh Geak, " Artinya."Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang " Betul kan? "

" Pintar nya keponakan Apak ini, nanti sudah besar Athar ingin menjadi apa? ", " Hatta ingin menjadi ulama seperti Apak, Apak hebat sekali, punya banyak sekali buku, tulisan nya bahasa Arab pula, Hatta ingin seperti apak boleh? ", " Tentu saja boleh, rajin rajin lah belajar, agar bisa meraih cita cita mu" Timpal sangat kakek.

Selesai mengaji, Geak menyuruh ku untuk menyimpan Al-Qur'an di pojok mesjid, dan bersiap untuk sholat isya, Geak yang menjadi imam di mesjid ini, mesjid inipun dibangun dengan kerja keras Geak, hebat bukan. 

Selesai sholat isya akupun kembali ke rumah, menyimpan sejadah ku "cepat sini, makan" Kata kakak ku, oh ya aku belum memperkenalkan kakak ku, namanya Rafiah, umurnya beda 2 tahun dengan ku, kata orang lain wajah kami mirip sekali, tapi kataku wajah kami tidak ada mirip mirip nya sama sekali. "Iya, ini Hatta baru pulang, sabar lah sedikit" Jawab ku, langsung kakak ku pergi ke tempat makan untuk membantu ibu menyimpan makanan di tempat makan. Akupun makan dengan sayur yang ibu buat, Geak dan Apak baru makan selesai kami makan, karna baru pulang dari mesjid. 

Setelah makan malam yang biasa saja itu, aku langsung belajar, diajari oleh kakak ku, karna dia sudah masuk ke kelas 1 di Sekolah Rakyat. Dia mengajari ku ilmu ilmu dasar yang iya pelajari, ada yang aku mengerti dan ada yang tidak, karna kakak ku menjelaskan dengan cepat dan cara bicaranya sedikit menyebalkan menurut ku. " Mengerti tidak Athar? ", " Sedikit karna kakak menjelaskan sangat cepat, Hatta tidak bisa mengikuti" Jawab ku, " Hatta Hatta, namamu itu Athar bukan hatta" Ledek kakak ku, "suka- suka ku lah, aku yang berbicara pun" Jawab ku, " Pintar pintar lah kau ini menjawab, sampai mana tadi? ".

...... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun