Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Viral Siswa Jalan Kaki dan Kenangan Perjuangan Pergi Sekolah yang Terpatri

30 April 2025   08:08 Diperbarui: 30 April 2025   12:28 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa jalan kaki (gambar: Rafael Atantya/Unsplash)

Baru-baru ini viral siswa jalan kaki pergi ke sekolah yang mendapatkan kesempatan berdialog langsung dengan Dedi Mulyadi, gubernur Jawa Barat. Aturan jalan kaki ke sekolah sendiri sedang marak digalakan gubernur Jabar, sebagai upaya untuk mencapai tujuan agar generasi muda Jawa Barat lebih mandiri, disiplin dan sehat.

Yeay! Saya berseru dalam hati, ketika mengetahui ternyata sekelompok siswa dan guru yang dipanggil untuk bertemu KDM tersebut adalah berasal almamater saya, SMP N 1 Panawangan Kabupaten Ciamis.

Lalu saya pun berkirim link dengan keluarga yang merupakan sesama alumni SMP N 1 Panawangan. Kami saling berkomentar setelah menyimak tayangan video tersebut dan berlanjutlah pada obrolan yang lebih seru; mengurai kenangan perjuangan pergi sekolah dan masa-masa jalan kaki dulu.

Tahun berlalu begitu cepat. Entah sudah berapa puluh tahun lalu (saya tidak mau menghitungnya karena usia pun kini sudah tidak lagi muda), saya dan teman-teman berjalan kaki setiap kali pergi ke sekolah.

Saat itu, jarak yang jauh (sekitar 3-4 km) dari rumah bukanlah rintangan yang berarti. Karena akan ada teman yang menunggu kedatangan kami dengan suka cita di depan rumahnya. Maka perjalanan ke sekolah pun selalu terasa menyenangkan. Kebetulan kami (saya dan saudara) adalah siswa paling jauh rumahnya saat itu, di rute jalan kaki kami.

Kaki kecil kami mampu berjalan begitu cepat. Apalagi jika punya jadwal piket kelas atau jadwal upacara, kami akan bangun dan berangkat lebih pagi lagi agar tidak terlambat sampai di sekolah.

Karena jalan kaki setiap hari, kaki kami menjadi begitu kuat berjalan sejauh 4-5 km dari rumah ke sekolah. Hal itu dilakukan setiap hari pergi pulang. Berarti total jalan kaki kami bisa mencapai 10 KM per hari. Belum lagi langkah-langkah kecil kami ketika di sekolah -- dari kelas ke toilet, kelas ke lapangan upacara, kelas ke kantin dan sebaliknya.

Meskipun begitu, kami tidak pernah mengeluh. Beda lagi jika hari ini diharuskan jalan dengan jarak sejauh itu siang hari, pasti napas sudah ngos-ngosan. Jangankan anak-anak zaman sekarang. Kami sendiri belum tentu mau melakukannya.

Banyak sekali cerita yang berkesan saat kami jalan kaki ke sekolah selama 3 tahun lamanya menempuh jarak panjang menuju tempat kami belajar yang berada di pusat kecamatan.

Kami yang orang desa harus berusaha untuk tidak terlambat datang ke sekolah setiap harinya walaupun harus berjalan kaki. Dibekali uang hanya cukup untuk membeli minum jika bekal di botol kami habis. Atau jajan sekedarnya ketika jam istirahat. Tidak ada untuk ongkos ojek, mana cukup untuk itu. Karena keumuman berjalan kami, maka orang tua kami tidak akan memberikan jatah untuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun