Belakangan, setelah aku beranjak dewasa dimana sudah mulai merasakan pahit manisnya kehidupan, aku bisa mengukur betapa berat masalah yang dihadapi mama.Â
Bukan hanya harus menanggung hidupku dan mengabaikan kelelahannya. Banting tulang menafkahiku. Mama pun harus mengabaikan perasaannya. Banyak nyinyiran yang didapatkan, pandangan miring soal seorang single parent, sampai pada pandangan-pandangan buruk seorang janda.
Selama itu pula mama menelannya dalam-dalam. Walau aku tahu, hati mama seremuk apa, tetapi terus bertahan hidup untuk aku, adalah satu-satunya pilihan mama saat itu hingga hari ini.
Dalam kelelahan yang luar biasa dan berbagai hantaman dunia yang mama dapatkan, mamaku yang setengah gila, terus berjuang setengah mati. Terima kasih, Ma.