"Anakmu sekolah di mana?" tanya seorang ibu muda kepada temannya yang sudah lama tidak bersua.Â
Secara tidak sengaja mereka bertemu di kedai bakso langganan. Keduanya pun larut dalam percakapan seputar tahun ajaran baru.
Dengan bangga temannya itu menjawab, "Putraku sekolah di sekolah unggulan X, sekolah terbaik di kota kita."
Dengan tersenyum sinis ibu muda tersebut memberi komentar, "oalah, kamu kok berani menyekolahkan anak di sekolah semahal itu, apa tidak berebut biaya dengan ongkos, makan, jajan dan lain-lain?"
Dengan santai temannya menjawab, "sekolah itu tidak mahal, karena saya membayar kualitas. Saya sadar betul, kalau saya tidak selalu mampu memberikan pendidikan dan bimbingan terbaik kepada anak saya. Karena itu saya dan suami sepakat untuk memilihkan sekolah terbaik untuk anak kami. Adapun untuk biaya, makan, ongkos dan lain-lain, kami berdua bekerja keras untuk itu. Kami percaya kalau ini adalah cara terbaik untuk putra kami. Apapun akan kami lakukan demi pendidikan anak kami."
"Kalau masih ada sekolah yang murah, kenapa harus susah payah membayar mahal? Yang ada kalian malah repot cari uang."
"Justru itu, kami tidak mau anak kami merasakan kerepotan yang kami rasakan. Jika memiliki ilmu, pengalaman, dan pendidikan terbaik dari sekolah terbaik, setidaknya ia tidak perlu susah payah menjadi buruh seperti kami."
Jawaban sang teman, membuat ibu muda tersebut merenung. Pulang ke rumah ia mencari cermin besar tempat biasa ia berdandan melukis alis, dan mengaplikasikan make up tebalnya.
Seperti biasa, ia bercakap-cakap dengan bayangannya sendiri, "Cermin yang baik, siapakah orang yang paling cantik di kampung ini?"
Lalu cerminnya menjawab, "Anda nyonya...," ibu muda tersebut tersenyum lebar. Dirabanya kedua pipinya yang mulus karena perawatan skin care mahal.
Namun ia tidak puas, kembali ia bertanya pada cerminnya, "Cermin, siapakah ibu yang paling hebat di kampung ini?"