Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Andai Lebaran Ini Masih Bersama Ayu

21 Mei 2020   14:14 Diperbarui: 21 Mei 2020   15:06 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibuku menutup sambungan telefon setelah menyampaikan beberapa pesan ampuh bagi anak sulungnya. Meskipun sudah berusia lebih dari kepala tiga, ibuku selalu memiliki pesan khusus untuk anak-anaknya.

 Langit Bandung muram. Hujan turun deras sejak tadi pagi. Aku masih kembali meneruskan aktivitasku, berbaring di kamarku yang hanya berukuran 4x4. Kamar kost yang kutinggali baru lima bulan terakhir ini. 

Entah kenapa, hari ini sasanya aku terlalu malas. Tidak ada satu pun pekerjaan yang aku selesaikan padahal waktu sudah hampir pukul 12. Separuh hari, kubuang dengan cara yang sia-sia.

Azan berkumandang, memanggil untuk bersiap menghadap Sang Maha Kuasa. Aku melangkahkan kaki. Walau terasa enggan aku selalu mencoba untuk memaksakan memnuhi panggilan-Nya di waktu terbaik.

Sudah sesiang ini, artinya waktu puasa di hari ini tinggal setengah. Lebaran pun semakin dekat. Ah, lebaran ini akan sangat jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Bukan hanya karena adanya PSBB dan wabah Corona. Ada hal lain yang lebih membuatku merasa bahwa Lebaran ini jauh berbeda.

Aku mengambil air wudu. Menggelar sajadah melakukan empat rakaat. Aku salat, dengan penuh kesungguhan. Sujudku kupersembahkan kepada sang MAha Kuasa, Maha pengatur Jagat raya dan semua yang terjadi di dalamnya. Aku benar-benar merasa kecil dan tidak berguna.

Tidak terasa, ada ari mata yang berurai, kesedihan menjalar. Aku tidak lagi bisa menahan tangis, sisi kelelakianku ambrol. Aku menangis lagi hari ini, ketika aku sadar, bahwa ada kehilangan yang begitu besar dalam hati. Bayangan Ayu memenuhi kepalaku.

"Aku talak kamu, dan kita tidak akan bisa lagi bersama," ujarku malam itu.

 Kalimat itu yang membuat aku menjadi begini hari ini. Tentunya kalimat itu pula yang membuat Ayu hancur lebut. Ya Tuhan, maafkan lidah ini, maafkan apa yang telah aku ucap. 

Terbayang sudah, wajah Ayu yang pucat pasi, matanya tidak lagi bersinar, Istriku menangis sepanjang malam karena ulah dan perkataanku. Ayu bersimpuh di kakiku, berlutut dan memohon aku menarik kalimat itu. Namun apa daya, kalimat itu bukan lagi kalimat yang pertama dan kedua kali. Aku menyerah pada keadaan, mungkin Tuhan memang sudah tidak mengizinkan kami bersama lagi. 

Aku memutuskan meninggalkannya kala itu karena aku pun ingin menjaganya, tak lagi mau menyakitinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun