Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Perantau Menahan Diri, yang Lain Asyik Wira-wiri

21 Mei 2020   10:52 Diperbarui: 21 Mei 2020   11:46 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chris Barbalis/Unsplash

Saat anak rantau menahan diri untuk tidak mudik ke kampung halaman, terasa begitu miris ketika melihat pemberitaan orang-orang di kota kelahiran malah asik wira-wiri, berkerumun, bergerombol, berdesak-desakan di tempat perbelanjaan. Dengan ramainya, mereka berburu makanan dan baju baru untuk dipakai lebaran. 

Sedih rasanya. Karena aturan PSBB, rindu para perantau pun tidak bisa diantar. Karena perantau yang paham aturan dan paham bahaya dengan tulus menjaga mereka para penghuni kampung halaman, yang katanya takut tertular virus Corona dari orang yang tinggal di kota. Padahal belum tentu juga para perantau sudah terinfeksi. Sampai saat bersyukur masih banyak perantau yang bertubuh sehat. Bahkan sejak larangan pulang kampung atau mudik itu diberlakukan, perantau yang cerdas menjaga dirinya untuk tetap sehat dan diam di rumah saja. 

Namun, walaupun tubuh mereka sehat dan tidak menunjukan gejala terinfeksi Corona, mereka memilih untuk  bertahan di rumah saja dan tidak pulang kampung. Karena khawatir jika di perjalanan memegang benda, atau bersentuhan dengan orang yang yang sudah terinfeksi virus secara tidak sengaja. 

Namun apa yang terjadi sekarang, orang-orang di kota kelahiran, malah begitu merdeka. Dengan bebasnya wira-wiri ke mana saja yang mereka suka. Ngabuburit, nyari takjil, beli persiapan untuk lebaran, dan hal lainnya, dijadikan alasan agar mereka bisa bepergian. 

Para perantau yang rindu pulang ke kampung halaman, sakit melihatnya. Jangankan baju lebaran, sekadar beli kebutuhan pokok saja harus  berpikir berkali-kali dan mencari waktu yang tepat agar keluar rumah itu tidak sia-sia. Betul-betul memilih waktu dan kesempatan, ketika satu kali keluar rumah, beberapa kepentingan harus terselesaikan. Itu pun dilakukan secepat mungkin, agar lekas kembali ke rumah. 

Rumahnya memang tidak mewah, tidak selalu membuat mereka selalu nyaman untuk terus berada di dalamnya. Namun bagi mereka yang berpikir, rumah adalah tempat yang paling aman. Dengan berdiam diri di rumah, mereka yakin sudah jadi pahlawan. 

Ok, sekarang kita kesampingkan perasaan para perantau. Kita lihat dan coba meraba perasaan para tenaga medis. Jangankan belanja, jangankan memilih baju bagus untuk lebaran, jangankan jalan-jalan untuk ngabuburit selama bulan Ramadan. Pulang ke rumah pun mungkin mereka jarang. Buka dan sahur bersama keluarga pun bisa dihitung jari. Karena mereka harus selalu memasang badan untuk menjaga para pasien yang terkena virus Corona. 

Mereka harus benar-benar siaga, ketika pasien terus menerus berdatangan, dalam jumlah besar. Tidakkah seharusnya kita semua sadar, bahwa merasa kebal adalah sebuah kesalahan. Virus corona bukanlah benda yang mampu dilihat secara jelas dengan mata hingga kita bisa lari dan menghindar ketika benda itu mengejarnya. 

Jumlah pasien terus bertambah banyak, kelelahan tenaga medis pun pasti bertambah beratus kali lipat. Sudah saatnya kita kembali mengasah kepakaan sosial kita. Lebaran, setiap tahun ada. Semua orang yang beragama Islam tentu pernah merasakannya. Kini, saat ada pandemi, tidakkah mampu menahan diri barang sekali, menjelang lebaran tidak perlu terlalu banyak wara-wiri?

Jika semuanya merasa kebal pandemi, lalu semakin banyak yang terinfeksi, kemudian tenaga medis menyerah, maka siapa yang akan menjaga kita semua? Jangan sampai tenaga medis terluka perasaannya dan mengatakan "Indonesia Terserah" karena mereka putus asa merasa tidak dihargai kerja kerasnya. Mari belajar dewasa, belajar menahan diri untuk orang lain yang juga telah menahan keinginannya. 

inilah saatnya kita satukan rasa, saling menghargai dan menjaga. Demi Indonesia yang kembali sehat, demi hati-hati yang sedang berjuang. Semoga setelah pandemi corona ini berlalu, kita bisa beraktivitas kembali dengan bebasnya. Kini, hanya perlu sabar barang sebentar. 

Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun