Mohon tunggu...
Diantika AS
Diantika AS Mohon Tunggu... Editor - Writer

menuju yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

King Maker, Jokowi Apa Surya Paloh?

3 Oktober 2022   19:17 Diperbarui: 3 Oktober 2022   19:40 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam politik, ada istilah king maker, yakni orang yang punya kekuatan menentukan arah politik. Orang itu biasanya punya kekuatan tak terbatas, baik dari sisi finansial, pengalaman, maupun kekuasaan.

Megawati Soekarno Putri adalah contoh king maker dalam politik kita. Berulang kali, putri Soekarno itu menentukan arah politik bangsa dengan PDIP sebagai alatnya.

Tapi sepertinya, pilpres 2024 nanti akan muncul king maker baru yang menjadi lawannya. Siapa mereka, tak lain dan tak bukan adalah Surya Paloh dan Joko Widodo.

Dua sosok ini memang sedang menjadi pembicaraan publik. Akhir-akhir ini, Surya Paloh sosok politisi kuat. Selain menjabat ketua umum Partai Nasdem, Surya Paloh juga pebisnis hebat. Ia punya modal banyak, jaringan media seabreg serta pengalaman dalam politik yang tak diragukan lagi. Buktinya sampai saat ini, sudah ratusan kader Nasdem yang menduduki kursi jabatan seksi.

Sementara Jokowi tak kalah hebat. Meski bukan ketua umum partai, tapi ia punya jaringan relawan kuat sampai ke akar. Ia dicintai rakyat, karena dianggap berhasil selama menjadi presiden dua periode. Pengaruhnya sangat besar, untuk menggerakkan basis massa memenangkan pertarungan.

Dua king maker ini mulai unjuk gigi. Pertarungan terbuka pilpres 2024 sepertinya sudah mulai.

Hari ini, Surya Paloh mengumumkan Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024. Di hari yang sama, Jokowi terbang ke Jawa Tengah menemui Ganjar Pranowo.

Meski hanya kunjungan kerja, kita tak tahu pembicaraan apa yang terjadi antara Jokowi dan Ganjar. Karena sejak Rakernas Projo di Magelang, semua tahu kalau arah dukungan Jokowi adalah ke Ganjar.

Tapi hebatnya, Jokowi sabar. Ia menghitung betul segala kemungkinan yang ada. Kalkulasinya matang dengan mencermati peluang dan tantangan. Makanya selalu ia bilang 'Ojo Kesusu'. Belum sekalipun dia ngomong ke media, bahwa dukungannya lari ke mana.

Nah, Surya Paloh sepertinya berbeda. Surya Paloh kesusu, dengan sudah mendeklarasikan Anies sebagai orang yang akan diusung pada pertarungan Pilpres. Padahal ini masih bulan Oktober 2022. Masih jauh dari tahapan pemilu yang ditetapkan panitia.

Entah apa alasan Surya Paloh memilih mengumumkan pencalonan Anies secepat ini? Sebagai politisi senior yang sudah kenyang makan asam garam, Surya Paloh tentu tahu langkahnya ini bisa jadi boomerang.

Surya Paloh belum memiliki partner untuk mengusung Anies. Karena Nasdem harus koalisi agar syarat PT terpenuhi. Sejauh ini belum ada partai yang menyatakan merapat ke Nasdem. Ya walau isunya, Demokrat dan PKS mau merapat. Tapi kan itu belum jelas, baru kabar burung.

Kalaulah koalisi terpenuhi, ada hal yang lebih mengerikan dari kesusunya Surya Paloh kali ini. Anies memang punya popularitas dan elektabilitas moncer. Tapi hal yang tidak boleh dilupakan, sentimen negatif masyarakat pada Anies sangatlah tinggi. Lembaga Survey Jakarta (LSJ) mencatat, sentimen masyarakat pada Anies paling tinggi, mencapai 25,6 persen.

Kita tahu, bagaimana sosok Anies selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Banyak masyarakat yang tak suka dengan gayanya. Politik identitas yang selalu diagungkan menjadi cela baginya. Kedekatannya pada kelompok Islam kanan tak bisa diterima. Jangankan oleh non muslim, muslim sendiri saja banyak yang menolaknya.

Anies bakal diserang habis-habisan soal itu. Netijen sudah pasti punya fakta dan bukti yang akan dimunculkan lagi. Politik identitas Anies akan jadi batu sandungan meraih simpati.

Kalau sudah begitu, Nasdem juga bakal kena getahnya. Bisa jadi, suara Nasdem akan terjun bebas karena mengusung capres yang dibenci rakyat. Calon yang bertarung di legeslatif dan eksekutif dari Nasdem bisa masuk angin.

Belum lagi soal KPK. Ingat lho, banyak kasus yang mengintai Anies selama jadi Gubernur Jakarta. Dia sudah dipanggil KPK terkait dugaan korupsi Formula E. Belum lagi kasus lain. Program pengadaan tanah untuk proyek Rumah DP 0 persen misalnya, atau kelebihan bayar pada banyak proyek yang ada di Jakarta.

Pasti akan ada pihak yang mulai mengutak-utik hal itu. Tujuannya untuk menjegal langkah Anies jadi RI 1. Kalau sampai Anies terbukti bersalah, kan urusannya bisa panjang. Nasdem bakal malu punya calon presiden yang ditangkap KPK. Mau ditaruh di mana muka kita bang Surya...hehehe.

Makanya langkah Surya Paloh ini yang saya katakan tadi, kesusu. Beda dengan Jokowi, yang dengan tenang namun pasti merangkai strategi.

Ya meski banyak orang menilai Jokowi mendukung Ganjar, tapi dia nggak kesusu. Ia petakan betul perkembangan politik yang terjadi dewasa ini.

Ya seperti hari ini, saat Nasdem mengumumkan Anies jadi Capres, Jokowi terbang ke Jawa Tengah menemui Ganjar. Ia begitu akrab, bahkan mengajak Ganjar satu mobil dengannya.

Saya sebenarnya kepo juga apa kira-kira percakapan Ganjar dan Jokowi. Apakah membahas soal Surya Paloh dan Anies? Apakah membahas soal Pilpres 2024?

Entahlah, tapi kalau Jokowi ditanya soal itu. Saya sudah tahu jawabannya hanya satu. "Ojo kesusu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun