Mohon tunggu...
Dianti
Dianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi kebumian

seorang mahasiswi kebumian yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKN Undip Bantu Upaya Mitigasi Bencana Gerakan Tanah dan Pengendalian Erosi di Desa Sendiri

4 Agustus 2021   16:00 Diperbarui: 4 Agustus 2021   16:29 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 4. Penempelan poster terkait pengendalian erosi sungai menggunakan vegetasi (dokumentasi pribadi)

Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat kebencanaan paling tinggi di dunia memang memiliki berbagai faktor kompleks yang menyebabkannya demikian. Melimpahnya gunung api serta daerahnya yang termasuk dalam batas tumbukkan antar lempeng menjadi beberapa faktor utama penyebab banyaknya bencana yang melanda Indonesia tiap tahunnya, khususnya yang berkaitan dengan kebencanaan geologi. 

Selain bencana erupsi gunung api dan gempa bumi yang terus mengancam, gerakan tanah dan longsor juga menjadi bencana yang paling sering terjadi di Indonesia terutama saat musim penghujan tiba. Dan tentunya bencana-bencana tersebut membawa dampak kerugian yang sangat besar baik secara material maupun jiwa sehingga sangat diperlukan upaya mitigasi agar setidaknya dapat meminimalisir resiko dan dampak yang mungkin timbul kedepannya.

Melihat hal tersebut, Dianti sebagai mahasiswi Teknik Geologi Universitas Diponegoro pun berinisiatif dalam membantu upaya mitigasi bencana gerakan tanah di desa tempatnya tinggal, yaitu Desa Bodaskarangjati yang terletak di Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Wilayah tersebut memang termasuk dalam wilayah yang rawan terhadap bencana, khususnya gerakan tanah dan longsor. 

Karena selain morfologinya yang dikelilingi perbukitan, banyaknya struktur geologi dan kelurusan juga mengindikasikan lemahnya daerah tersebut dipandang dari sisi geologis. Ditambah dengan batuan lempung yang menyusun daerah tersebut, membuat resiko longsor dan gerakan tanah semakin tinggi terutama pada musim penghujan karena sifat batuannya yang mudah mengembang dan dapat bertindak sebagai bidang gelincir. Dampaknya juga dapat terlihat dari banyaknya jalanan desa yang rusak dan bergelombang serta rumah warga yang mengalami keretakan.

Upaya mitigasi yang dilakukan oleh Dianti yaitu dengan membuat peta potensi gerakan tanah sehingga dapat diketahui zonasi persebaran tingkat resiko gerakan tanah di wilayah Desa Bodaskarangjati, yang nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terhadap masing-masing area agar sesuai dengan arahan mitigasi. Misalnya saja, area dengan potensi gerakan tanah tinggi dapat dijadikan sebagai area hijau dengan pembatasan pemukiman, sebaliknya pemukiman dapat diarahkan ke area dengan potensi gerakan tanah yang lebih rendah. Sehingga pembangunan berkelanjutan di Desa Bodaskarangjati pun dapat tepat dilakukan untuk mengantisipasi resiko kerugian akibat bencana gerakan tanah yang dapat terjadi di masa mendatang.

Gambar 2. Peta potensi gerakan tanah di Desa Bodaskarangjati (dokumentasi pribadi)
Gambar 2. Peta potensi gerakan tanah di Desa Bodaskarangjati (dokumentasi pribadi)
Selain resiko bencana gerakan tanah, di Desa Bodaskarangjati juga mengalami erosi yang cukup tinggi terutama di aliran Sungai Bodas, sungai utama yang melewati desa tersebut. Tingkat erosi di Sungai Bodas membuat perubahan arah aliran yang semakin mendekati ke arah pemukiman warga yang tinggal di dekat sungai, sehingga beresiko membahayakan warga. Jalanan yang berada di sisi sungai pun kerap mengalami kerusakan dan terus diperbaiki akibat erosi yang semakin mendekati area tersebut.

Gambar 3. Terkikisnya tanah di sisi Sungai Bodas akibat erosi (dokumentasi pribadi)
Gambar 3. Terkikisnya tanah di sisi Sungai Bodas akibat erosi (dokumentasi pribadi)
Oleh karena itu, Dianti juga melaksanakan program keduanya berupa pengendalian erosi sungai jangka pendek menggunakan metode konservatif dengan tanaman pencegah erosi, yaitu pandan (Pandanus ammaryllifolius) yang memiliki akar kuat dan panjang sehingga mampu menahan partikel tanah agar tetap solid. Selain lebih murah, metode ini juga lebih praktis dan dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat sehingga dapat lebih diberdayakan. 

Warga pun diberikan bibit tanaman tersebut untuk kemudian dapat ditanam sesuai dengan kebutuhan. Selain pemberian bibit tanaman, sosialisasi juga dilakukan dengan media poster terkait pengendalian erosi sungai dengan vegetasi pencegah erosi. Poster tersebut ditempelkan di pos-pos patrol yang berada disekitar sungai sebagai pengingat dan media pemahaman agar dapat dijangkau secara lebih luas oleh masyarakat.

Gambar 4. Penempelan poster terkait pengendalian erosi sungai menggunakan vegetasi (dokumentasi pribadi)
Gambar 4. Penempelan poster terkait pengendalian erosi sungai menggunakan vegetasi (dokumentasi pribadi)

Gambar 5. Pemberian bibit tanaman pandan sebagai vegetasi pencegah erosi kepada warga (dokumentasi pribadi)
Gambar 5. Pemberian bibit tanaman pandan sebagai vegetasi pencegah erosi kepada warga (dokumentasi pribadi)

Dianti berharap agar kegiatan dan program kerja yang telah dilakukannya dapat bermanfaat dan diberlanjutkan oleh masyarakat Desa Bodaskarangjati, sehingga tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap resiko bencana yang mengancam desa mereka pun semakin meningkat. Dan tentunya juga menjadi salah satu indikator meningkatnya upaya mitigasi komunitas di daerah tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun