Mohon tunggu...
Dian Pertiwi Joshua
Dian Pertiwi Joshua Mohon Tunggu... Penulis - Only human

Tukang nulis, senang motret https://www.flickr.com/photos/dianjoshua/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Merupakan Napas Kehidupan

27 Mei 2016   18:01 Diperbarui: 28 Mei 2016   16:19 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari : anneahira.com

Pernahkah terlintas dalam pikiran kita, untuk apa sebenarnya bersekolah sejak PAUD hingga bahkan mengejar gelar doktoral?

Pentingkah pendidikan bagi kita?

Undang-undang Dasar 1945 di Indonesia menegaskan dalam Pasalnya nomor 31 yang berbunyi, 

“ Setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan Pendidikan.”

Apa guna pendidikan, hingga tiap warga Indonesia mempunyai hak untuk mendapatkannya?

Ketika melihat realita yang ada, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan ialah roda bagi Indonesia. Sebab pendidikan akan terus berinovasi menciptakan Sumber Daya Manusia yang mampu mengubah Negara.

Contoh dampak pendidikan yang mampu mengubah Indonesia, seperti pendidikan menekan kepadatan penduduk, pendidikan pula yang menahan angka pernikahan usia dini, dan masih banyak lagi kontribusi pendidikan bagi Indonesia. Bahkan tidak sedikit Negara yang menjadikan pendidikan sebagai tolak ukur keberhasilan pemerintahan.

Pendidikan menciptakan manusia-manusia pembelajar yang sadar mengenai kualitas sebuah Negara.

Ketika seseorang berpendidikan, maka semakin besar kontribusinya bagi Negara. Bayangkan, saat Indonesia memiliki banyak orang berpendidikan, maka perputaran kehidupan warganya tentu dinamis, tak statis maupun diam di tempat.

Sayangnya, belum semua orang Indonesia berkesempatan mencicip bagaimana rasanya ‘pendidikan’.

Hak-hak yang harusnya sudah sampai pada pemiliknya, terhalang karena beberapa faktor yang diantaranya ialah ekonomi, otonomi, serta keinginan dari individunya sendiri.

Dalam benak warga Indonesia telah terbentuk stigma bahwa pendidikan mahal, sulit untuk didapat, serta tidak dibutuhkan. Mereka menanamkan dalam pikiran, tanpa pendidikan saja sudah mampu menghasilkan usaha yang meraup keuntungan rupiah.

Pemerataan pendidikan serta menggaungkan konsep fungsi dari sebuah pendidikan sangat dibutuhkan bagi warga Indonesia. Untuk menjadi insan yang mampu berkompetisi dalam persaingan global, tentunya pendidikan minimal wajib belajar 9 tahun dan dilanjutkan wajib belajar 12 tahun untuk semua lapisan masyarakat harus direalisasikan.

Pendidikan bukan sekadar berguna untuk mencari pekerjaan.

Warga Indonesia mesti paham, sekolah tinggi tujuannya tak semata dijadikan robot perputaran ekonomi bangsa maupun diri sendiri.

Pendidikan diciptakan supaya manusia memiliki nilai guna. Baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat bahkan di tingkat Negara.

Seandainya seseorang kaya raya saja, ia akan mampu membeli apa yang diinginkannya. Tetapi, saat manusia mempunyai pendidikan maka ia dapat menguasai dunia.

Namun kembali lagi, di dunia ini tidak ada yang instan. Bahkan produk makanan yang memasarkan diri dengan kata ‘instan’ tetap perlu proses untuk dimakan. Untuk itu, mari, memulai diri sendiri untuk memperbaiki negeri. Minimal menjadi insan cendekiawan yang haus akan pendidikan. Paling tidak menanamkan pada sekitar, dan tentunya alam bawah sadar sendiri, bahwa pendidikan itu menyenangkan.

Mengutip dari seorang ahli filsafat Emmanuel Kant, beliau memberi arti bahwa pendidikan ialah pangkal ilmu pengetahuan yang merupakan pokok dari segala kehidupan.

Selama manusia menginginkan pendidikan, maka bisa dipastikan dunia tengah melakukan perubahan menuju ke arah lebih baik lagi.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Konsep Pendidikan sebagai Gerakan Semesta oleh Kompasiana. Karya murni merupakan isi pikiran dari Dian Pertiwi Joshua, Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Fakultas Teknik (FT), Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK).


 Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kompasiana/blog-competition-konsep-pendidikan-sebagai-gerakan-semesta_573aba1fd57a613d0505b83d

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun