Mohon tunggu...
Dian Nafi
Dian Nafi Mohon Tunggu... Arsitek - arsitek yang suka jalan-jalan, nulis fiksi dan non fiksi

penikmat hujan\r\npecinta purnama

Selanjutnya

Tutup

Financial

Nggak Mau Repot Lagi Ah

16 Januari 2020   20:33 Diperbarui: 16 Januari 2020   20:27 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Perjalanan Menuju #GenerasiDigitalBankIndonesia

Saat pergi ke Belanda pertengahan tahun lalu, ada dua pengalaman menarik terkait kartu. Yang pertama, aku sempat memegang kartu yang bisa dipakai untuk naik alat transportasi apa saja di sana. Baik kereta,  Intercity, Snetrein, stoptrein, bis, bahkan kereta antar negara di Eropa. Cukup satu kartu, praktis banget. Tapi ternyata ada lagi yang lebih praktis daripada itu. Dengan kartu debit Bank Belanda apa saja, seperti ING, RaboBank,  kita bahkan bisa melakukan pembayaran apa saja. Baik untuk naik kendaraan apapun, belanja di pertokoan, mart, membayar gas, listrik, air, dan aneka pembayaran lainnya.  Intinya cashless, nggak perlu bawa dompet dan tidak perlu membawa banyak kartu. Cukup satu kartu untuk apa saja.

| Dokumentasi pribadi
| Dokumentasi pribadi
Sayangnya aku cuma tinggal selama dua minggu di Belanda sehingga belum  punya kartu itu dan belum sempat merasakan privilege, kenyamanan serta kemudahan tersebut. 

Bener saja aku merasakan betapa repotnya ketika kehabisan euro di toko H&M kota Delft, padahal sudah kadung memilih beberapa baju yang memang baru sale sampai 70%. Aduh sayang banget kalau nggak sampai dibeli, karena kalau beli di Indonesia justru harganya lebih mahal. 

Kalau mau belanja memakai kartu debit yang ada di tangan, ada dua kartu debit dari Bank Indonesia yang berbeda, nilai kurs-nya akan bikin jumlah uang yang terbayar nantu jauh lebih mahal. Akhirnya aku terpaksa berjalan agak jauh dari kawasan pertokoan, mencari mesin ATM terdekat untuk mengambil uang dalam bentuk Euro. 

Alhamdulillah setelah berjalan selisih dua blok, aku menemukan mesin ATM di dalam semacam kantor kas cabang. Dengan bantuan petugas di sana, kuambil beberapa euro untuk belanja hari itu dan beberapa hari ke depan.

Eh pas sampai di Paris, uang euro makin menipis, sehingga aku cuma bisa membeli satu pashmina saja dan beberapa gantungan kunci, padahal sebenarnya harganya lumayan murah dibandingkan beli di toko. Hu hu hu. Walhasil di Belgia, terpaksa pinjam teman lho waktu belanja coklat. Hehe, uangnya aku kembalikan ketika aku menemukan mesin A

| Dokumentasi pribadi
| Dokumentasi pribadi
Ngomongin masalah kehabisan mata uang luar negeri, aku pernah mengalami juga Februari tahun kemarin juga.   Repot banget waktu kehabisan ringgit malaysia di Batu Cave Malaysia. Di dompet ada dollar Singapura dan kartu debet BCA dan Mandiri sih. Tapi mau tukar ringgit, kalau on the spot gitu jatuhnya rugi, jadi kupikir memanfaatkan dolar Singapura akan lebih bijak. Namun ternyata perhitunganku meleset, saat hitung-hitungan dengan penjualnya ternyata jatuhnya aku rugi banyak juga. Hu hu hu, sedih.

Repot berikutnya saat rombongan kami menunggu penerbangan di ruang tunggu bandara internasional Malaysia, dan semua kehabisan uang ringgit. Padahal masing-masing hanya butuh sebotol air mineral tapi tidak bisa beli. Aduh, sedihnya. Untunglah ternyata salah seorang teman kami punya kartu genius, sehingga akhirnya bisa membeli air mineral. Alhamdulillah, jadilah semua berhutang padanya dan bayar sesampai di tanah air. He he he.

Saat aku bercerita pengalaman-pengalaman itu pada sepupuku yang sedang menempuh studi S2 alias master di Polandia, dia tertawa-tawa. Darinya aku kemudian tahu kalau dengan kartu debit Bank Millenium Polandia bisa untuk bertransaksi apa saja. Seperti juga di Belanda, semua cash-less. Kartunya juga bisa dipakai di negara lain.

Coba ya kalau semisal di negeri kita ini bisa menggunakan kartu yang semacam itu. Pasti akan praktis, mudah, efisien dan efektif. Cukup satu kartu untuk apa saja. Karenanya perjalanan menuju event Generasi Digital Bank Indonesia di hotel Arya Duta, berikut Netifest 2020 di Museum Bank Indonesia ini  membuatku antusias sekali. Membayangkan bahwa kita sedang berada dalam perjalanan menuju Indonesia yang lebih maju. Memang saat ini sedang bertahap penerapannya, namun ada banyak sekali manfaat dari QRIS (QR Code Indonesian Standard), antara lain akan tercapai efisiensi ekonomi, mendorong UMKM, dan mendorong inklusifitas keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun