Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mission Impossible, Berasa Jadi Agen Rahasia

23 Juli 2019   06:01 Diperbarui: 23 Juli 2019   06:27 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya melihat nomor antrian yang diberikan kepada saya, di kertas tersebut tertulis C2. Saya lalu melihat layar monitor informasi, terlihat saat itu teller sedang melayani customer C1. Alhamdulillah, saya tidak akan menunggu terlalu lama.

Dengan adanya kepastian saya bisa membeli dollar di BRI tersebut, rencana awal membeli dollar di MayBank, Pancoran, terpaksa saya batalkan. Karena posisi saya saat itu sudah cukup jauh dari lokasi bank tersebut. 

Menunggu giliran untuk dilayani teller, baru saya sempat menjawab panggilan telepon yang sedari tadi berbunyi sambung menyambung dari dua lokasi berbeda, dari Bukittinggi dan dari sang penghubung yang saat itu sudah menunggu di kedutaan, yang berdasarkan informasi yang diberikan, lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat saya berada. 

Karena tidak ingin mengganggu suasana di ruang tunggu bank dan juga karena sedang berkonsentrasi menunggu panggilan teller, saya hanya menjawab singkat dengan mengatakan bahwa saya saat itu sedang berada di BRI. 

Berselang dua menit, terdengar suara teller memanggil nomor C2. Saya segera merapat ke meja dimana sang teller berada. Tanpa menunggu sang teller bertanya, saya langsung mengatakan ingin membeli 300 US dollar.

"Kita cek dulu rate hari ini, ya, pak!" jawab sang teller sambil memainkan mouse dan keyboard komputer yang ada di hadapannya. Karena sudah tahu kisaran harga nilai tukar yang berlaku hari itu, sebenarnya saya ingin mengatakan untuk langsung transaksi saja, agar tidak menghabiskan waktu saya yang semakin pendek, hanya tinggal 8 menit!
Tapi, karena sadar itu adalah prosedur standar yang harus dilakukan sang teller, saya harus menahan diri. 

Tanpa melihat rate yang ditulis sang teller di secarik kertas yang disodorkan, saya dengan cepat mengatakan "Oke, saya butuh 300 dollar..." Lalu segera membuka tas dan mengeluarkan uang yang barusan saya ambil di ATM. Sementara sang teller menghitung berapa nilai transaksi yang harus saya bayarkan untuk pembelian dollar sebanyak itu.

Kembali sang teller mengulurkan secarik kertas yang berisi total harga yang harus saya bayar. Setelah melihatnya nilainya, saya langsung menyerahkan sejumlah uang yang ada di genggaman saya. Tak lama kemudian teller memberikan uang kembalian berikut invoice bukti transaksi.

"Tunggu ya, pak!" kata sang teller, yang kemudian bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pintu yang berjarak hanya beberapa langkah di samping kanannya, membuka pintu dan menghilang ke ruang lain yang ada di belakang ruang kerjanya. 

Begitu dia menghilang di balik pintu, mata saya segera beralih ke jam yang menempel di dinding, pukul 10.56 dan rasanya jam bergerak begitu cepat, sementara pelayanan terasa berjalan begitu lambat. 

Sebenarnya cukup banyak bangku yang disediakan untuk tempat duduk para nasabah atau tamu yang mempunyai urusan dengan bank tersebut. Tapi suasana tegang mengingat waktu yang semakin pendek, membuat saya tak punya keinginan untuk duduk. Yang saya inginkan saat itu adalah sang teller segera keluar dari ruang belakang sambil memegang dollar dalam genggamannya, menyerahkannya kepada saya, dan saya segara kabur dari sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun