Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mission Impossible, Berasa Jadi Agen Rahasia

23 Juli 2019   06:01 Diperbarui: 23 Juli 2019   06:27 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat saya sampai, saya lihat area pom bensin atau SPBU Pertamina tersebut cukup luas dan memanjang ke arah barat. Sekitar 100 meter dari pinggir jalan. 

Sebenarnya saya agak ragu untuk masuk ke sana, karena saya tidak melihat neon box ATM BCA, yang biasanya selalu ada disetiap lokasi ATM. Tapi, agar tidak penasaran saya tetap masuk, walau harus dengan langkah yang semakin dipercepat.

Benar saja, saya menemukan ada dua ATM di bagian ujung lokasi pengisian BBM. Tapi keduanya bukan ATM BCA! 

Dengan langkah yang semakin dipercepat saya meninggalkan lokasi pom bensin. Sambil celengukan kiri-kanan jalan diiringi pesan melalui WhatsApp yang datang bertubi-tubi menanyakan posisi dan perkembangan perjalanan saya dalam mendapatkan ATM dan membeli dollar. Begitu juga telepon yang bergantian masuk dari Bukittinggi dan agen yang sudah menunggu saya di kedutaan sebuah negara di Asia Tengah.

Capek berjalan dengan langkah yang boleh dikatakan setengah berlari dengan tubuh yang sudah mandi keringat, akhirnya saya memesan Grab. Tak lama ada pengemudi yang menerima order saya, tapi di aplikasi saya melihat waktu kedatangannya 4 menit, rasanya itu terlalu lama, apalagi kemacetan yang putus sambung di sepanjang jalan raya Pasar Minggu tersebut. 

Ingin saya membatalkan order, untung saja kesadaran saya mengingatkan, apakah saya akan mendapatkan penggantinya dalam wakru yang cepat dan waktu kedatangan yang juga seketika? Sementara jam di aplikasi sudah menunjukkan pukul 10.31. Sisa waktu saya tinggal 29 menit!

Saya segera naik ojek yang saya order, dan berpesan kepada pengemudinya agar membantu melihat ATM BCA dalam perjalanan menyusuri jalan. Ojek saya arahkan menuju ke Selatan, dengan pertimbangan semakin dekat ke titik temu kami dengan penghubung yang sudah pasti tak mungkin lagi di Gelael. 

Handphone saya tak berhenti berdering, tapi saya tidak bisa menjawabnya karena berada di kantong samping celana. Khawatir bila saya mengeluarkannya dari kantong, alat komunikasi satu-satunya itu jatuh dan rusak, sehingga malah akan mengacaukan missi yang saya jalani saat itu. Dan lagi berisiknya suara kendaraan dan hembusan angin sepanjang jalan, akan membuat saya tidak bisa berkomunikasi dengan baik. 

Saya tidak tahu bagaimana kepanikan dua orang yang tak putusnya mengontak saya itu. Karena deadline kami adalah pukul 11.00. Sementara saat itu jam sudah menunjukkan pukul 10.37, belum ketemu ATM, belum mencari money changer lalu, mencari dimana lokasi sang penghubung!

Pada jarak sekitar seratus meter dari posisi Grab yang saya tumpangi, saya melihat sebuah neon box ATM BCA dan memberitahukannya kepada pengemudi Grab. Untunglah posisi ATM ada di sebelah kiri jalan, sehingga kami tak harus memutar lagi di jalan yang tersendat itu.

Belum lagi Grab parkir dengan benar, saya sudah turun dari sepeda motor buatan Jepang itu. Segera berlari menuju ATM yang kosong, mengeluarkan kartu ATM dari tas selempang yang tergantung di pundak saya, memasukkan kartu ke mesin ATM, menunggu mesin loading, memasukkan password, memencet pilihan tarikan tunai, lalu mengetikkan angka 4.500.000 dan mengklik tombol mesin ATM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun