Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Musibah Mengubah Hidup Saya dalam Menjaga Ketepatan Waktu

26 April 2019   10:02 Diperbarui: 26 April 2019   13:13 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat bekerja di sebuah perusahaan minyak asing yang berkantor di gedung Ratu Plaza, pertengahan tahun 1980an. Saya mengalami musibah yang berhasil mengubah hidup saya dalam menghargai dan menjaga ketepatan waktu dalam bekerja. Musibahnya tidak terlalu berat apalagi membuat cedera, tapi malah membuat saya berada dalam kenikmatan tidur. :-)

Saat itu bulan Ramadhan, ketika semua umat Islam diwajibkan untuk berpuasa di siang hari selama sebulan penuh. Waktu itu saya mengontrak rumah di Kampung Bali, Kalideres. Untuk berangkat ke kantor setiap hari, saya naik bus kota nomor rute 20, jurusan Kalideres Blok M. Bus bertingkat yang bisa memuat lebih banyak dari bus kota satu lantai.

Karena bulan puasa, saya bangun lebih cepat dari biasanya, untuk melaksanakan qiyamullail yang kemudian berlanjut dengan makan sahur. Selesai sahur saya tidak pernah tidur lagi, karena memang sahurnya diusahakan mepet menjelang waktu imsak yang kemudian berlanjut dengan sholat subuh. Selesai sholat subuh, setelah berganti pakaian, lalu lanjut berangkat kerja dengan berjalan kaki menuju terminal Kalideres, yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumah. 

Sampai di terminal Kalideres, biasanya bus tingkat nomor 20 itu sudah standby menunggu penumpang. Karena masih pagi bus masih kosong, saya lebih leluasa mencari tempat duduk, dan tempat duduk favourit saya adalah bangku nomor dua dari belakang yang mempunyai sandaran lebih tinggi, karena bangku di belakangnya lebih tinggi karena berada diatas mesin bus. Agar kaki penumpang yang duduk di belakang tidak mengenai kepala penumpang yang duduk lebih rendah di depannya, maka sandaran bangku nomor dua dari belakang itu dibuat lebih tinggi.

Duduk menyender ke bangku dan juga ke dinding sebelah kanan bus, saat itulah membayar hutang kurangnya jam istirahat saya. Duduk menyender sambil dibuai ayunan bus yang lagi berjalan, membuat tidur saya pulas selama dalam perjalanan. 

Biasanya saya akan terbangun ketika bus sudah sampai di halte Polda Metro Jaya, Jalan Soedirman. Namun saat kejadian ini berlangsung, saya benar-benar tertidur pulas, dan baru terbangun saat bus sudah mencapai halte masjid Agung Al-Azhar, Jalan Sisingamagaraja, Kebayoran Baru.

Sadar sudah kebablasan, saya langsung turun dan menyeberang jalan Sisingamangaraja, menunggu bus apa saja yang datang dari terminal Blok M menuju jalan Soedirman. Hanya dalam beberapa menit saya sudah mendapatkan bus, lalu melanjutlan perjalanan menuju Ratu Plaza. 

Sebenarnya antara halte Masjid Agung dan halte Ratu Plaza itu hanya berjarak sekitar 1 kilometer, jarak yang biasa saya tempuh dengan berjalan kaki. Hanya saja, kalau saya berjalan kaki, waktu tempuhnya akan lebih lama dibanding bila saya naik bus.

Turun dari bus di halte Ratu Plaza, saya berlari menuju Ratu Plaza Tower yang berlantai 31, langsung naik lift ke lantai 8, tempat ruangan saya di departemen Public Affairs berada. Kenapa saya harus buru-buru, dikarenakan perusahaan pagi itu akan mengadakan kunjungan ke panti asuhan memberikan sumbangan hadiah lebaran, sebagai bagian dari CSR perusahaan.

Sampai di ruangan saya dapati semua kamar di departemen kami kosong! Yang ada hanya mbak Tita, sekretaris Public Affairs Dept. Waktu saya tanyakan, dia bilang semua sudah berangkat sekitar 5 menit, "mungkin masih di bawah..." katanya. Saya lalu melihat jam dinding, benar saja, jam sudah menunjukkan pukul 07:05. Tanpa berpikir panjang saya buru-buru mengambil kamera, lalu berlari menuju lift. 

Celakanya semua lift menuju ke atas!Mengantarkan karyawan perusahaan yang puluhan banyaknya di bagian atas gedung Ratu Plaza itu.  Yang entah akan memakan waktu berapa menit baru akan turun lagi.

Tak bisa menunggu lama, saya lalu lari menuju tangga dan terus berlari menuruni tangga setinggi 8 lantai hingga ke lantai dasar. Keluar dari tangga dan berjalan cepat menuju halaman parkir, saya tak melihat lagi bus carteran yang akan mengantar kami ke tujuan. Parkiran hanya diisi oleg kendaraan pribadi dengan privelege khusus.

Dengan tubuh lemas dan nafas terengah-engah, saya berjalan lambat kembali menuju lift. Penyesalan yang timbul belakangan kenapa saya sampai tertidur begitu pulas di dalam bus, mendera perasaan saya. Namun semua itu tak berarti lagi. Penyesalan tinggal penyesalan yang tidak ada artinya.

Sejak itulah sebuah janji terpatri, cukup sekali itu saya mengalami keterlambatan. Saya harus mengambil pelajaran dari apa yang saya alami saat itu, yaitu harus bisa mengatur waktu, menghargai waktu dan menjaga ketepatan waktu bila berjanji untuk bertemu atau menghadiri suatu acara. 

Alhamdulillah hingga saat ini saya masih bisa menjalaninya, kecuali ada kejadian luar biasa yang memaksa saya dan diluar kendali saya, sehingga saya tak bisa hadir tepat waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun