Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ustaz Abdul Somad Menabur Angin dan Diapun Menuai Badai

16 April 2019   08:12 Diperbarui: 16 April 2019   08:32 5905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran Ustadz Abdul Somad bersama Prabowo di TV One, telah menghebohkan jagad dunia maya! Mulai dari Facebook, apalagi Twitter. Jutaan umat yang selama ini menjadi fans fanatik dia yang selalu memadati acara tausiahnya dimanapun di Indonesia, terpecah. 

Beragam postingan atau cuitan bergelombang menghantam dia. Bagi yang mendukung Prabowo dan Sandi, ini tentu berita luar biasa yang harus digoreng dan blow up sedemikian rupa sebagai buah keberhasilan dalam memikat dai kondang tersebut. 

Sebaliknya bagi mereka yang kecewa atas keberpihakan UAS yang diungkapkan secara terbuka di TV One tersebut, tentu saja berbalik menjadi penentang maupun pembenci dan lalu meninggalkan dia. 

Bagi yang bersikap arif dan bijak, walau menyadari kalau itu adalah hak pribadi UAS yang dijamin oleh undang-undang, akan cuek dan tidak mempermasalahkannya. 

Namun bagi yang tidak setuju akan perilaku UAS yang tak kuat menjaga marwah keulamaannya akan meninggalkan UAS dalam diam. Bagaimana dengan yang kecewa berat? Media sosial lah yang menjadi tempat pengungkapan kekecewaannya.

Bahkan sebuah akun di Twitter dibajak, lalu pembajaknya menyebarkan berbagai berita maupun foto yang berisikan cerita negatif tentang personal UAS yang diragukan kebenarannya.

Ustadz Abdul Somad yang juga lebih akrab disingkat dengan inisial UAS, memang menjadi fenomenal belakangan ini. Mobilitasnya yang tinggi dalam berdakwah, dari satu tempat ke tempat lain yang kadang jaraknya ratusan kilometer, dan tak jarang juga harus terbang melintas antar pulau, memperlihatkan betapa besar pengaruh dan juga pengikutnya. 

Dibekali ilmu mumpuni yang ditimbanya dalam hitungan tahun di sumber datangnya agama Islam, lalu dipadu dengan kemampuan publik speaking yang ciamik dalam mempengaruhi audiens yang berduyun datang di setiap ceramahnya, menjadi personal branding atas dirinya. 

Sehingga di setiap ceramahnya ribuan umat datang dari berbagai penjuru untuk menyaksikan penampilannya dan menyimak tausiahnya.

Namun, seperti pepatah juga, semakin tinggi pohon menjulang semakin keras angin menerpa. Nah kalau yang datang adalah angin limbubu atau puting beliung, mungkin dia cukup kokoh dalam bertahan. Tapi bagaimana kalau yang datang itu angin sepoi-sepoi yang menina bobokkan? 

Semakin tinggi keimanan seseorang, semakin dahsyat juga syetan datang menggoda dengan segala macam ancaman maupun bujuk rayunya. UAS pun tak lepas dari bidikan serta kerumunan makhluk yang dilaknat Allah itu. 

Pada awalnya dia bisa bertahan dengan mengambil jarak dengan umaro atau pemerintah, terlepas apakah karena dia memang keukeuh mempertahankan prinsip dan keyakinan dalam keberagamaannya, atau karena dia memang bukan sehaluan politik dengan pemerintah atau lebih tepatnya Jokowi. Sehingga dia boleh dikatakan sukses dalam mempertahankan jaraknya dengan umaro.

Keberhasilannya dalam mempertahankan diri sebagai ulama yang netral itu, membuat pengikutnya semakin membesar dan meluas ke seluruh pelosok neger. Dari berbagai golongan, strata, maupun pandangan politik. 

Bahkan penganut agama lainnyapun banyak yang jadi penggemarnya, karena penampilannya yang memukau sebagai seorang orator dan bintang panggung, yang bisa memberi pencerahan dan pemahaman tentang agama dengan bahasa yang sederhana dan tepat sasaran.

Pepatah mengatakan, orang tergelincir oleh kerikil kecil, bukan oleh batu yang besar. Nah, hal ini pulalah yang menimpa UAS. Dia datang menemui Prabowo Subianto. 

Mungkin dalam hatinya dia merasakan atau beranggapan, bahwa apa yang dilakukannya itu hanyalah masalah kecil yang tak akan berakibat apapun. Toh Prabowo bukan bagian dari umaro atau orang pemerintahan yang tengah berkuasa. 

Juga kedatangannya bukan ketempat kampanye dimana dia juga akan didaulat memberikan orasi dan dukungan terhadap pasangan 02.

Namun UAS lupa bahwa orang yang dikunjunginya adalah kandidat atau calon presiden atau umaro yang tengah bertarung menuju puncak kekuasaan! Bukan pemimpin hanya setingkat RT yang tak akan berpengaruh apapun terhadap UAS bila dia memberikan dukungan. 

Tapi calon presiden sebuah negara besar bernama Indonesia, yang akan berdaulat penuh atas segala keputusan yang akan dikeluarkannya, maupun kebijakan atas hajat hidup rakyat yang akan dipimpinnya.

UAS memang tidak ikut berkampanye untuk Prabowo dalam satu panggung, yang akan didengar dan dilihat hanya dalam hitungan puluhan ribu orang. Tapi dengan hadirnya dia dalam satu penampilan berdua dengan Prabowo yang ditampilkan oleh sebuah televisi dan menyiarkannya hingga ke seluruh pelosok negeri, bahkan dunia. 

Maka ini adalah panggung kampanye Prabowo terbesar yang dihadiri oleh UAS, dia menang tidak berteriak untuk menghimbau pendukungnya agar merapat ke paslon 02, tapi sebuah tasbih sudah cukup untuk menyatakan sebuah keberpihakan. 

UAS telah tergelincir dan mengkhianati sebagian umat pedukungnya yang berharap dia tetap netral sebagai ulama panutan. Ucapannya yang mengatakan: "Jangan undang saya ke istana.." Hanyalah kata-kata yang diucapkan tanpa sadar bahwa dia justru tengah berada di sebuah istana calon presiden, serta kedatangannya bukan karena diundang, tapi kedatangan atas kesadaran sendiri. 

UAS telah menabur angin, dan kalau kini dia menuai badai, itu adalah sebuah resiko yang harus diterimanya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun