Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Menjadi Anak Panti Asuhan

13 Maret 2019   10:51 Diperbarui: 13 Maret 2019   11:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Baru Panti Asuhan Aisyiyah Payakumbuh : Foto Koleksi Pribadi

Setelah menginap semalam di rumah amai Tiara, pagi sesudah sarapan kami berjalan meninggalkan rumah di Labuah Baru itu. Kami melewati jalan yang aku tempuh bersama pak Uwo kemarin, sampai di terminal aku melihat mobil-mobil yang tidak begitu banyak, karena sekarang hari Senin bukan hari pasar seperti hari Minggu kemarin.

Setelah melewati terminal sampailah kami di jalan yang lebih besar lagi dari jalan yang baru saja kami lewati. Sampai di depan kantor yang didepannya terdapat gerbang dengan gonjong lima, kami melintasi jalan yang ada disebelah kiri kami, yang ketika aku dan pak Uwo lewat kemarin ditutup. Jalan itu lebar dan lurus, dikiri dan kanannya terdapat pasar. Dikejauhan terlihat gunung yang saat itu tidak begitu jelas kelihatan karena tertutup kabut dan awan di puncaknya.

Sambil berjalan amai Tiara mengatakan, bahwa gedung yang disebelah kanan dengan gerbang yang bergonjong itu adalah kantor Bupati, aku belum mengerti apa itu bupati, jadi aku hanya diam mendengarkan. Selepas kantor bupati, kami menyeberang, tak jauh dari kantor bupati kami belok ke kanan. 

Aku melihat beberapa buah bendi sedang berhenti, ada juga yang baru sampai dan menurunkan penumpang. Di sebelah kanan aku juga melihat ada tempat penitipan sepeda, kemudian lapangan yang di dalamnya ada pedati yang kerbaunya dilepas dan sedang tidur santai makan rumput di samping pedatinya.

Kami terus berjalan, tanganku tak pernah lepas dari pegangan amai Tiara karena aku suka berjalan sambil melihat kesana kemari, mungkin beliau takut aku kena tabrak atau tersandung dan jatuh.

Kami melewati masjid yang terdapat di sebelah kanan jalan, dan nampaknya juga kantor di sebelah kiri. Tak jauh setelah melewati masjid kami bertemu simpang tiga, kami belok ke kanan. Setelah berjalan beberapa saat kemudian aku melihat bangunan sekolah di sebelah kanan, halamannya cukup luas seperti halaman sekolahku di kampung.

Kami berbelok memasuki pekarangan sekolah itu, di sebelah kanan pintu gerbang aku melihat arena bermain taman kanak-kanak. Ada ayunan, jungkat- jangkit dan papan tempat berseluncur, pagarnya yang terbuat dari kayu kecil-kecil berdiri di cat warna warni. Setelah arena bermain baru bangunan sekolah yang panjang, entah berapa kelas. Di ujungnya disambung lagi ruang kelas, tapi posisinya melintang menghadap ke arah jalan raya, ada tiga ruang kelas yangterlihat olehku.

Di sebelah kiri kami, dekat pintu gerbang ada rumah yang kelihatannya baru selesai di bangun, rumah itu menghadap ke jalan raya. Di belakang rumah itu adalagi rumah panjang yang menghadap ke halaman sekolah. 

Bangunan panjang yang bentuknya juga seperti sekolah yang dibagi menjadi beberapa ruangan itu nampaknya bukan sekolah, melainkan rumah tempat tinggal, karena terlihat pintunya tertutup tapi jendelanya terbuka, dan yang keluar masuk rumah itu bukanlah murid-murid sekolah, tapi orang dewasa yang berpakaian biasa, bukan anak-anak berseragam sekolah.

Pekarangan sekolah terasa sepi, karena murid-murid tengah belajar di kelas masing-masing, hanya terlihat beberapa orang yang berada di halaman. Itu juga orang dewasa, mungkin guru-guru yang sedang tidak bertugas. Sesekali terdengar suara guru menerangkan pelajaran.

Kami berjalan di pinggir sebelah kiri lapangan, sampai di ujung rumah panjang, melewati gang di samping sekolah yang menghadap ke jalan raya, terus kebelakang. Di belakang sekolah  rupanya masih ada bangunan sekolah lagi bertingkat dua memanjang ke belakang. Dari pintu yang agak terbuka sekilas kulihat anak-anak Taman Kanak-Kanak sedang belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun