Mohon tunggu...
Kacamata Diani
Kacamata Diani Mohon Tunggu... Lainnya - Social Media Specialist

Kalau pikiran lagi semrawut, menulis adalah obatnya. Setidaknya, menulis bisa mengurangi 50% beban pikiran yang terlalu lama dipendam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikah Bukan Ajang Perlombaan

3 November 2020   15:05 Diperbarui: 4 April 2021   21:01 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi beberapa masyarakat, menikah bagaikan puzzle terakhir. Jika sudah lulus sekolah, bekerja, mapan, langkah selanjutnya agar hidup lebih lengkap yakni menikah.

Terlebih lagi, perempuan rata-rata dituntut stigma untuk menikah sebelum menginjak umur 25 tahun. Katanya sih, idealnya perempuan menikah muda. Padahal menikah bukan soal usia, kan?

Hal itu pula yang membuat pertanyaan "kapan nikah?" sering terlontar. Padahal mungkin, orang yang mereka tanyai belum memiliki kesiapan. Akhirnya, karena tekanan sekitar, mereka pun menikah secara terpaksa demi memenuhi tuntutan masyarakat. Kalau sudah begini, siapa yang salah?

Maka dari itu, menurut saya peran stigma dan masyarakat harus ikut andil, jangan melontarkan pandangan negatif pada orang yang belum menikah meski sudah cukup umur. 

Kita tidak pernah tahu hal apa yang menjadi dasar pertimbangan seseorang belum ingin menikah. Bisa saja dia ingin fokus mengejar karirnya dulu, atau menyelesaikan pendidikan S2-nya.

Setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing, tidak perlu mengikuti standar masyarakat yang ada jika memang bersebrangan dengan prinsip hidupmu.

Menikah karena bosan sekolah

Terdengar konyol, tapi ada. Ketika saya scrolling media sosial, tak jarang anak sekolahan mengeluh akibat setumpuk tugas dan memilih ingin menikah sebagai penyelesaian. Beberapa dari mereka menganggap bahwa menikah merupakan solusi atas rasa bosan dan capek bersekolah.

Saya tidak ingin berkomentar panjang lebar, hanya akan melontarkan sebuah pertanyaan.

Jika menjalani sekolah (yang hanya bertahun-tahun) saja capek dan bosan, bagaimana berumah tangga (yang berlaku seumur hidup)?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun