Mohon tunggu...
Dian Fakhrunnisak
Dian Fakhrunnisak Mohon Tunggu... -

Aneuk Ranto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Kelam

16 Desember 2014   22:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:11 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kegelapan menyelimuti hutan, suara binatang malam terus memburu. Wulan dengan perlahan menapakkan kaki di jalanan sempit yang ditumbuhi ilalang. “Dimana aku bisa melihat cahaya?”, wulan berkata kecil. Tiba-tiba suara decitan kelelawar terdengansangat dekat dan riuh. “Aaaaaaaaaa, pergi kalian!”, jerit Wulan ketika gerombolan kelelawar dating menyerbunya. Untungnya mereka langsung pergi tanpa menyakiti Wulan.

Rasa cemas mulai menghampiri. BRAKKK, tiba-tiba Wulan tersungkur karena tercegat akar pohon yang tidak terlihat karena kegelapan malam. Dari kejauhan ia melihat setitik cahaya kuning seperti lampu senter yang makin lama, makin mendekat. Wulan berusaha bangkit dari tanah dan menanti cahaya itu dating, mungkin akan menolongnya keluar dari hutan itu.

Cahaya itu sudah tak jauh darinya, ia melihat seseorang menggunakan mantel gelap membawa sebilah parang yang memegang senter. Detak jantung terus memburu, Wulan mulai bertanya-tanya siapakah yang orang itu. “ASTAGAAA..!!!! Siapa kauuu, jangan dekati akuuu!!! Pergiiii pergiiii!!”, teriak Wulan sambil menghayunkan sebuah ranting pohon yang ia dapatkan di tanah.

Wulan mulai ketakutan, tak disangka dari mata orang itu terlihat cahaya merah yang menyala-nyala. Wulan tak kuasa menahan rasa takutnya dan berusaha melempar ranting pohon yang ia pegang. Selang beberapa detik ranting yang ia pegang terasa lunak dan bergerak. Ternyata ranting itu berubah menjadi ular yang sangat panjang dan siap mematuknya. Spontan ia lemparkan ular itu ke wajah orang yang ada di depannya.

Lantas, orang itu marah dah mengayunkan parang kehadapannya. Wulan berusaha lari untuk melarikan diri. orang itu tak menyerah dan terus mengikuti Wulan. Banyaknya akar yang menyembul ketanah mebuat Wulan terjatuh berkali-kali. BRAKKKK badan Wulan terjatuh dan tergelincir kesebuah jurang yang dalam. Dengan posisi terlentang, Wulan terseret kebawah mengikuti dalamnya jurang.

Wulan terus berteriak ketakutan dan tiba-tiba, BRAKKKK. Ia menabrak sebuah pohon besar yang berada di tengah-tengah savanna. Wulan bangkit dan mencoba memberishkan tanah-tanah yang menempel dibajunya. “Sakit”, keluh Wulan. Ia melihat sekelilingnya, ia merasa agak tenang karena orang yang mengejarnya sudah tidak terlihat. Ia mulai berjalan menelusuri savanna yang luas itu sambil berharap ada orang yang baik yang akan menolongnya.

Suara tebasan rumput terdengar jelas. Kecemasan mulai menyelimuti relung hati Wulan. Suara itu semakin dekat. Ternyata itu adalah suara gerombolan orang berjubah dengan mata yang merah menyala. Wulan Mmulai lemas melihat orang itu lama kelamaan semakin bertambah jumlahnya tak tahu dari mana asalnya hingga emenuhi sekeliling Wulan. Padang savanna penuh rumput berubah menjadi lautan orang berjubah hitam dengan mata merah menyala. Beberapa saat kemudian orang yang berada tepat disekelilingnya menghayunkan parangnya kea rah Wulan.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…. Jangan bunuh aku!!!!”, teriak wulan diatas tempat tidurnya ketika jam masih menunjukkan pukul 02.00. “Aku takut”, ujar Wulan sambil menangis. Wulan menangis tersedu-sedu membayangkan apa yang terjadi dalam tidurnya. Sudah dua minggu ia mengalami mimpi yang sangat buruk dan ia tidak berani melanjutkan tidurnya. Wulan takut jika mimpi burukny teerulang kembali dan ia merasakan itu sangat nyata dan mengikutinya.

Pagi harinya, Wulan berangkat kesekolah dengan rasa kantuk yang luar biasa. Matanya sudah dikelilingi berkas hitam, yang menampakkan dirinya kurang istirahat. Tak ada penjelasan guru yang sanggup ia fahami karena rasa cemas, kantuk dan rasa lelah karena mimpinya membuat ia kurang tidur.

Waktu istirahat tiba, murid-murid keluar kelas untuk rehat dan bersenda gurau. Wulan yang merasa sangat mengantuk tetap dikelas dan meletakkan kepalanya diatas meja sembari mencoba memejamkan mata. Rasanya ada kenyamanan yang menyelimutinya, ia terlelap dalam rasa kantuk yang luar biasa.

“AAAAA sakitttt”, Wulan terbangun dan berteriak. “Jangan… jangan”, teriak Wulan. Dengan kasar, mulut Wulan ditutup dengan selehai saputangan yang telah dilipat. Wulan merasa lemas dan akhirnya pingsan.

“Di mana aku?”, rintih Wulan. “Mereka jahat, pasti mereka yang mengurungku di dalam ruangan ini. Wulan sadar bahwa ia dikurung di dalam sebuah gudang penyimpanan kursi dan meja usang milik sekolah. Wulan menangis dan tak bisa berbuat apa-apa karena tangan dan kakinya diikat kuat dengan tali, sementara mulutnya ditutupi kain sehingga ia tidak bisa meminta pertolongan.

Beberapa jam berlalu, Wulan dengan kondisi fisik yang tak stabil karena kurangnya istirahat dan belum mendapat asupan apa pun pingsan di dalam gudang. “Wulaaaannnnn”, jerit Hera. Perlahan Wulan membuka matanya dan melihat hera berada di depannya sambil membuka tali yang mengikat tangan dan kakinya.

Pak Reja, seorang petugas kebersihan sekolah membantu menggendong wulan keluar dari gudang sekolah. Ketika itu hari sudah menunjukkan jam 8 pagi. Tak disangka sudah semalam Wulan dikurung di dalam gudang. Wulan akhirnya dibawa pulang dan dirawat oleh ibunya dirumah.

Teman-teman dan guru Wulan merasa bigung kenapa Wulan bisa terkurung dengan kondisi terikat di dalam gudang. Seharian mereka mencari Wulan. Yang menemukannya adalah pak Reja yang ingin memebersihakan gudang. Murid dan guru mulai mencari siapa pelaku yang menyakiti Wulan.

Malam mulai menyongsong, kegelapan menyergap. Tepat pukul 02.00 wulan terbangun dari tidurnya dan mulai ketakutan dan cemas. Mimpi buruk kembali ia alami. Ia dikejar-kejar oleh lelaki berjubah hitam itu lagi. Wulan mulai terisak dan tidak melanjutkan tidurnya lagi.

Tiga hari stelah penyekapan, ulan kembali kesekolah dan bertemu dengan Hera sahabatnya. Ia menceritakan bahwa ia mengalami mimpiburuk yang amat menggangu istirahatnya. Hera menjadi prihatin dengan keadaan sahabatnya itu, setiap hari ia kesekolah dengan keadaan kantuk dan tidak bergairah.

Hera mengajak wulan ke perpustakaan untuk menemaninya meminjam sebuah buku pengetahuan. Sesampai diperpustakaan wulan dan Hera melihat lihat buku yang ada di rak perpustakaan. BRAAKK.. suara sebuh buku jatuh dari rak. Buku itu berukuran besar dan sangat tebal. Hera yang melihatnya berusaha mengambil dan ingin meletakkan buku itu kembali ke raknya. Tetapi, perhatian Hera tertuju pada sebuah tulisan dalam buku yang terjatuh itu. Nightmare disorder , Hera kemudian membaca perlahan-lahan tulisan di salah satu halaman buku itu.

“Wulan, ayo kesini aku menemukan jawab dari masalahmu”, ujar Hera pada Wulan yang berada lima meter darinya. Wulan mendekat dan bertanya apa yang dimakasud oleh Hera tentang jawaban dari masalahnya.

Hera menjelaskan pada Wulan apa yang telah ia baca,”Wulan, sepertinya kamu mengalami gangguan mimpi buruk. Gangguan ini terjadi berkali-kali dan berupa mimpi yang sangat menakutkan.”

“Kalau begitu, bagaimana cara menanggulanginya?”, Tanya Wulan. “Ini ada, Asosiasi bebas dan analisis mimpi”, jawab Hera.

“Wah, ini ada metodenya Wulan”, tambah Heran dengan girang.

“Baik, sepulang sekolah kita praktekkan ya,” ajak Hera.

“Baiklah”, jawab Wulan.

Sepulang sekolah Wulan dan Hera langsung menuju rumah Wulan. Ketika itu yang ada hanya mereka berdua karena orang tua Wulan tengah bekerja. “Ayo, Wulan kita mulai sesuai petunjuk buku ini”, ajak Hera.

Kemudian, Hera meminta Wulan untuk berbari disofa dengan nyaman dan Hera duduk disampingnya sejajar dengan kepala Wulan. Lalu Hera memulai dengan asosiasi bebas, yaitu meminta Wulan untuk mengungkapkan emosi dan peristiwa yang berbekas dalam ingatannya. Wulan menceritakan bahwa selama ini ia selalu di-bully oleh temannya yang bernama Liza di saat teman-teman tidak ada di sampingnya. Wulan sebenarnya enggan menceritakannya karena Wulan tidak mau masalah ini meluas. Tetapi Wulan, percaya pada Hera yang merupakan sahabatnya. Ia juga menceritakan tentang penyekapannyayang dilakukan oleh Liza. Liza mebiusnya dengan sapu tangan dan mengurungnya di gudang.

Hera kemudian melanjutkannya dengan, analisis mimpi. Wulan diminta untuk menceritakan mimpinya. Lalu Wulan menceritakan bahwa ia selalu bermimpi ada seorangmembawa parang yang selalu ingin membunuhnya dan ia selalu dikejar kemanapun ia pergi.

Setelah mendengar cerita Wulan, hera diam dan mulai menganalisa apa yang diceritakan Wulan. Hera, mencoba menghubungakan mimpi dan apa yang dialami Wulan selama ini. Dan ternyata keduanya berhubungan anatara mimpi dan Liza yang suka mem-bully Wulan. Ternyata selama ini Wulan mengalami mimpi buruk karena trauma dan stress terhadap perilaku Liza terhadapnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun