Mohon tunggu...
dian equanti
dian equanti Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Geografi

Menggemari isu Lingkungan, dan Kependudukan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Air Diam yang Menurunkan Kualitas Hidup Kita

18 Januari 2018   17:03 Diperbarui: 19 Januari 2018   15:43 2411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Kompas.com / Fitri Prawitasari

Lahan-lahan perbukitan ditebang kayunya pada proses land clearing awal, tanahnya diambil untuk menimbun daerah-daerah yang tergenang sebelum membuat permukiman. Meskipun tanah laterit ini tidak begitu subur, namun masih bisa dijadikan lahan perkebunan, di antaranya kopi, cengkeh, dan perkebunan sawit. Tak heran komoditas perkebunan terutama sawit dan karet menjadi andalan Kalimantan Barat.

Kondisi tanah yang jenuh air menyebabkan permukiman cenderung tergenang saat hujan. Oleh karena itu masalah drainase perkotaan perlu dirancang dengan matang. Sistem drainase terpadu; menghubungkan jaringan-jaringan selokan di permukiman, gorong-gorong yang mengalirkan air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, terhubung hingga ke sungai-sungai yang mengalir melalui kota, sebaiknya menjadi bagian penting perencanaan permukiman.

Sayangnya, dalam banyak pengamatan, selokan di permukiman dalam kota, tidak terintegrasi artinya terputus dalam satu deret rumah, tidak cukup lebar dan dalam, serta tidak terhubung pada sistem drainase yang lebih besar. Daerah rendah yang sering tergenang seperti Kota Pontianak memang menjadi sarang nyamuk berkembang biak, termasuk di saluran air. Pembangunan saluran terpadu ini terhalang pilihan masyarakat untuk menutup selokan di depan rumahnya agar terkesan lebih bersih dan mengurangi serangan nyamuk di malam hari.

Permukiman-permukiman baru yang tumbuh di Kota Pontianak kini membangun jalan lingkungan yang lebar hingga bisa dilalui kendaraan roda empat. Permukiman lama dahulu tidak disiapkan untuk dilalui mobil. Mungkin penghuninya tidak pernah membayangkan suatu saat taraf ekonomi membaik, sehingga kelak bisa membeli mobil. Minimal anak, menantu dan cucu akan berkunjung menggunakan mobil yang sekarang bisa dicicil dengan 3-5 juta-an rupiah per bulan. 

Seperti kata Pak Anies Gubernur Jakarta, becak ada karena ada permintaan, demikian pula pelebaran gang-gang kecil di permukiman lama Kota Pontianak (eh, tidak ada hubungan) ada karena kebutuhan penghuninya agar mobil bisa masuk parkir di depan rumah, walau motor perlu mandeg kalau dua kendaraan ini berpapasan. 

Bisa kita tebak, yang menjadi korban adalah selokan yang ditiruskan lebar mukanya, maksud saya dikurangi lebar penampangnya, malah kalau bisa ditutup sekalian. Air tampaknya dibiarkan mencari jalannya sendiri, mulai dari atap datar bangunan minimalis, hingga lingkungan permukiman. Semoga masih banyak yang peduli, bahwa air diam itu juga bisa berdampak buruk pada kualitas hidup kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun