Mohon tunggu...
dian equanti
dian equanti Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Geografi

Menggemari isu Lingkungan, dan Kependudukan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ayo Belajar ke Pantai

14 September 2017   11:21 Diperbarui: 14 September 2017   11:29 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membimbing mahasiswa menggunakan perangkat GPS. Dokumen pribadi

Pantai merupakan salah satu tujuan wisata yang paling digemari. Di pantai, kita bisa menikmati pemandangan dan menghirup udara segar penghalau penat rutinitas sehari-hari. Pantai menjadi tempat favorit wisata keluarga karena ada banyak aktivitas yang bisa dinikmati berbagai usia. Misalnya saja berjalan di pantai, bermain pasir, dan berfoto. Sambil menunggu senja saat matahari tenggelam, petiklah gitar sambil bernyanyi:"Suatu hari, di kala kita duduk di tepi pantai". Ciee romantis hehe.

Tidak hanya tujuan rekreasi saja lho, pantai juga dapat dijadikan tujuan wisata edukasi. Wisata edukasi ini dikemas dalam berbagai kegiatan, seperti kegiatan ekstrakurikuler sekolah,misalnya berkemah, susur pantai, kegiatan pencinta alam, dan lain-lain. Pantai yang dipilih untuk kegiatan luar ruang (out door) ini biasanya lebih alami, tidak ramai dengan pengunjung, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak terganggu. Sebagai lokasi belajar, apa saja yang bisa dipelajari saat berkunjung ke pantai? Sebelumnya, persiapkan dulu perlengkapan yang akan dibawa. Minimal kita punya kamera, meteran, GPS, juga catatan lapangan.

Mari kita mulai dengan mengamati kondisi alami pantai. Coba perhatikan, apa yang kita jumpai di pantai. Namanya pantai, kita ketemu laut dong. Pantai adalah kenampakan alami yang membatasi wilayah yang bersifat lautan dengan wilayah yang bersifat daratan. Luas wilayah pantai dimulai dari titik terendah saat muka air laut surut hingga titik jauh di mana gerakan air laut menyentuh daratan. Garis tempat bertemunya air dan daratan inilah yang dinamakan garis pantai (shore line).

Pasir? Gak selalu, ada pantai yang tersusun oleh material pasir, bebatuan, lumpur, bahkan lava flow. Lava bantal ini adalah istilah pantai yang dialiri oleh lahar panas dari letusan gunung api. Begitu lahar panas ini membeku, dan terkena air laut, ia membentuk formasi mirip bantal. Pantai berlumpur merupakan daerah muara sungai yang sering menjadi ekosistem mangrove (bakau). Sedangkan material pasir memang menjadi material penyusun sebagian besar pantai yang kita jumpai. Pasir ini merupakan batuan yang berukuran 1 mm atau kurang hasil sedimentasi material tanah dan batuan yang terbawa aliran sungai hingga ke laut. Sebagian material dari daratan menuju laut, dibawa oleh arus laut kembali menuju tepi pantai. Hempasan berulang oleh arus laut ini menyebabkan ukuran batuan memecah semakin kecil membentuk pasir yang terhampar sepanjang pantai.

Pertama, di pantai kita bisa mempelajari morfologi pantai. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk permukaan bumi. Cocok murid yang sudah menerima materi morfologi pantai dalam mata pelajaran Geografi, juga bagi mahasiswa yang mengambil kuliah geomorfologi. Dalam morfologi pantai, peserta kunjungan akan mengenal morfologi pantai secara umum, di antaranya mengenal istilah pantai (beach, shore), garis pantai (shore line), dan bentuk pantai.

Kita bisa mempelajari tentang bentuk pantai, mengamati vegetasi alami pantai, material penyusun pantai, menentukan tinggi pasang surut air laut, dan sebagainya. Selain kondisi alami pantai, kita juga mengamati berbagai aktivitas manusia di pantai, mulai dari kegiatan ekonomi, upaya pelestarian, serta dampak kegiatan manusia bagi lingkungan pantai. Menarik, bukan? Berikut ini beberapa ulasannya.

Mari ajak siswa atau rombongan ke tempat ke arah daratan yang posisinya lebih tinggi di areal pantai.  Dari sini, pemandu bisa mengajarkan cara penggunaan GPS. GPS singkatan dari Global Positioning System, merupakan alat untuk mengetahui koordinat suatu titik di permukaan bumi. Sebaiknya pembimbing menggunakan GPS khusus, bukan aplikasi yang terdapat di HP karena keakuratannya lebih baik. GPS tidak menggunakan pulsa untuk pengoperasiannya, namun informasi yang diperoleh didapat dari sinyal satelit yang diterima pemindai. Akurasi GPS bergantung pada berapa banyak sinyal satelit yang bisa ditangkap sensor.

 Meskipun umumnya peserta didik sudah akrab dengan gawai (gadget), namun pengoperasian GPS perlu pengetahuan tentang konsep koordinat geografis, skala, ketinggian yang terlebih dahulu diajarkan di kelas. Tidak lupa untuk mengecek kalibrasi alat agar pembacaan skala lebih akurat.

Selain koordinat geografis, GPS menyediakan informasi ketinggian lokasi dari permukaan laut. Dengan demikian peserta mengerti maksud dari istilah mdpl (meter dari permukaan laut) atau dpal (di atas air laut) yang mengikuti keterangan ketinggian tempat. Rombongan bisa diajak ke beberapa titik ketinggian agar memiliki perbandingan relatif mengenai ketinggian, serta berlatih membaca koordinat geografis. Contohnya Track 1 untuk lokasi 1, track 2 untuk lokasi 2, dan seterusnya. Dari 2 titik lokasi kita bisa mengukur jarak, dengan minimal 3 titik lokasi kita bisa mengukur luas area hasil trecking tadi menggunakan GPS.

Selanjutnya dengan mata telanjang, kita bisa mengamati bentuk pantai. Ada pantai yang landai dan ada pantai yang curam. Pantai yang curam biasanya menghadap samudera. Bibir pantai yang curam terbentuk karena proses pengangkatan lempeng tektonik. Sedangkan pantai yang landai merupakan lokasi sedimentasi dari muara sungai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun