Mohon tunggu...
Dian Dhie
Dian Dhie Mohon Tunggu... Novelis - Guru TK, Penulis dan Pembaca

Suka menulis dan berteman dengan anak-anak usia dini. Membaca banyak hal yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"A Moment To Decide - Oppa Meets Santri Kpop" (Part 2)

1 Januari 2019   05:09 Diperbarui: 4 Januari 2019   09:39 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Joo Hwon punya teman baru. Ketika pertama kali pindah ke Indonesia dan tinggal di Jakarta, Joo Hwon hanya mengenal Misa. Seorang perempuan cantik yang diterima bekerja berbarengan dengan masuknya Joo Hwon ke perusahaan itu. Misa juga beragama Islam, tapi dia tidak berjilbab dan hampir selalu menjawab tidak tahu jika Joo Hwon bertanya sesuatu tentang Islam. Misa adalah teman yang baik dan menarik dalam hal pekerjaan. Mereka sangat dekat, apalagi mereka juga satu bagian bahkan satu ruangan. Banyak orang mengira mereka lebih dari sekadar teman. Joo Hwon tidak menanggapi dan bersikap biasa saja.

Joo Hwon lebih senang berteman dengan Rudi. Karena Rudi orang yang baik, ramah, dan santun. Terlebih Rudi lebih banyak tahu soal agama ketimbang teman-temannya yang lain.

"Lee Joo Hwon, jika kau ingin banyak tahu soal agama, sebaiknya kau berguru pada orang yang tepat," usul Rudi.
Joo Hwon tersenyum. "Aku mau. Tapi, jam kerjaku padat. Aku hanya bisa belajar pada jam salat seperti ini denganmu. Lagi pula aku hanya minta belajar mengaji dan sedikit dasar-dasar Islam. Kulihat kau tidak masalah."

"Lee Joo Hwon, aku hanya takut salah. Itu bukan kapasitasku. Kau butuh yang lebih." Rudi mengelak dengan halus. "Oh, apa kau mau belajar di pesantren tempatku dulu?"
"Ng?" Joo Hwon bingung. "Apa artinya aku harus tinggal di asrama itu? Lalu ... bagaimana dengan pekerjaanku?"

"Tidak. Kemarin aku menerima kabar dari temanku yang sekarang mengajar di pondok itu, namanya Agus. Dia sekarang Ustadz Agus. Dia pandai bahasa asing dan dia mengajar santri-santri asing dan beberapa mualaf yang serius belajar agama. Dia membuka kelas setiap hari minggu. Tidak banyak, hanya tiga orang. Tempatnya memang agak jauh dari sini."

"Jinjja? Benarkah?" Joo Hwon antusias.

"Benar. Apa kau mau?"

"Ne, mullon imnida. Tentu saja. Itu sangat bagus."

Rudi memberikan alamat pondok pesantren Baithul Tahfidz kepada Joo Hwon. Rudi lalu mengabari temannya, Ustadz Agus, bahwa hari minggu akan datang temannya, Lee Joo Hwon untuk belajar agama di pesantren itu.

"Assalamu'alaikum, Ustad. Apa kabar?" sapa Rudi.

"Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah, khair. Antum jangan begitu, jangan panggil saya ustadz. Kita kan berteman," jawab Ustadz Agus di telepon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun