Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kerja di LN, Apa Iya Seindah yang Dibayangkan?

20 Maret 2025   15:53 Diperbarui: 20 Maret 2025   15:53 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Beberapa hari belakangan ini saya banyak menemukan tagar kaburajadulu berseliweran di timeline saya. Diduga asal muasalnya karena situasi dalam negeri yang belakangan ini terjadi. Dari banyaknya pemutusan hubungan kerja sampai efisiensi anggaran yang katanya berdampak di sektor pendidikan (tapi sudah dibantah oleh pihak istana) yang menimbulkan demo di banyak tempat dan tagar baru indonesia gelap.

Kaburajadulu, memangnya segampang itu? Setiap lowongan kerja di luar negeri, yang mendaftar pasti luar biasa banyak. Saingan bukan cuma dari dalam negeri tapi dari luar pasti banyak juga. Belum lagi proses seleksi yang beberapa lapis.

Kerja di luar negeri memang menarik. Bayangan gaji besar dan terlihat 'lebih' dari teman-temannya di Indonesia, membuat banyak orang mendamba meninggalkan tanah air untuk cari cuan di negeri orang. Saya tidak pernah merasakan bermukim di luar negeri. Pengalaman saya hanya sekedar berkunjung dan berlibur, jadi yang terlihat hanya yang indah-indah.

Ketika anak ragil mendaftar lowongan kerja di luar negeri, kami orang tuanya baru diberi tahu setelah dia lolos seleksi ke 2. Masih ada interviu terakhir yang harus dia jalani. Selama proses berjalan dia tidak menginformasikan bahwa sebetulnya ada 3 lokasi negara yang ditawarkan ke dia. Kami hanya tahu setelah dia memilih Taiwan, dengan pertimbangan paling dekat ke Indonesia.

Apa saja sih yang perlu diperhatikan kalau ingin kerja di LN?

Loker. Pastikan lowongan kerja dan agen yang membantu adalah agen yang valid, perusahaan yang legit, bukan abal-abal. Banyak tenaga kerja kita, terutama di sektor informal, diiming-imingi kerja di LN, mana harus membayar sekian juta, eh ternyata human trafficking. 

Visa kerja. Visa kerja anak saya diurus oleh agen di Indonesia, sebuah perusahaan asing yang sudah cukup ternama. Prosesnya tidak sebentar karena Taiwan dengan Indonesia tidak ada kerja sama diplomatik, hanya kerja sama ekonomi.  

Bahasa. Kendala bahasa pasti akan dialami oleh semua orang Indonesia yang bekerja di luar negeri. Biasa menggunakan bahasa Indonesia, begitu keluar pastinya dari pagi sampai malam bahasa asing yang tidak familier. Kendala bahasa ini bisa membuat frustrasi. Anak saya kerja di Taiwan di mana bahasa sehari-harinya adalah mandarin. Sejak diterima hingga hari keberangkatan, dia kursus mandarin lewat online, karena saat itu adalah jaman pandemi Covid19, jadi semua harus lewat daring.

Makanan. Pastinya tidak ada nasi goreng tektek atau warteg di luar negeri. Tak ada pula starling atau pedagang asongan di perempatan jalan. Makanan halal harus ekstra effort carinya, kecuali bila bekerja di negara-negara Islam.

Budaya dan Agama. Siapkan mental mengantisipasi gegar budaya yang terjadi. Kehidupan yang bebas. Tidak adanya suara azan berkumandang dari seluruh penjuru ketika waktu sholat tiba.  

Pajak. Pajak setiap negara berbeda. Konon pajak penghasilan di luar negeri lebih besar dari pajak penghasilan yang dikenakan di Indonesia. Jadi gaji besar tapi cost of living tinggi dan pemotongan pajak juga tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun