Mohon tunggu...
Diana Lutfiah Nur Ramadhani
Diana Lutfiah Nur Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - literally human being

trust your path!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paham Pancasila Belum Tentu Pancasilais

28 November 2021   20:59 Diperbarui: 30 November 2021   09:43 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Propaganda anti Islam yang represif beberapa tahun lalu sempat ramai diperbincangkan mengenai bersatunya umat Islam Indonesia dalam membela Al-Qur'an yang dinistakan oleh salah satu oknum pejabat yang juga merupakan calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa kita kenal dengan nama Ahok. 

Di akhir tahun 2016 publik digegerkan dengan mencuatnya berita sebuah video yang dianggap menodai agama setelah diunggahnya video tersebut di media sosial oleh Buna Yani. Mulanya yaitu ketika Ahok berpidato pada saat melakukan kunjungan kerja di Kepulauan Seribu. Dalam pidato tersebut, Ahok dianggap menghina agama mengenai komentarnya terkait Surat Al-Maidah ayat 51.

"Jadi jangan percaya-percaya sama orang. Kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu gak bisa pilih saya. Ya kan? Dibohongi pakai surat Al-Maidah ayat 51 macam-macam itu. Itu hak bapak ibu, kalau bapak ibu merasa ngga bisa pilih karena takut masuk neraka, dibodohi, begitu? Oh, ngga apa-apa, karena ini panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja, jadi bapak ibu ngga usah merasa ngga enak dalam nuraninya ngga bisa pilih Ahok", tutur Ahok dalam pidato tersebut.

Pernyataan Ahok dalam video tersebut pun dianggap sudah menodai AL-Qur'an sehingga menyulut kemarahan umat Islam yang kemudian melakukan aksi demonstrasi akbar pada 4 November 2016 guna menuntut Ahok. Bukan tanpa alasan banyak dari umat muslim yang tersulut amarah atas pernyataan Ahok tersebut, karena hal yang dilakukan Ahok tersebut jelas melanggar nilai Pancasila pada sila pertama yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa". 

Dalam sila pertama dijelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang beragama bukan negara yang menganut paham atheisme tetapi Indonesia juga bukan merupakan negara yang hanya beragama satu melainkan Indonesia adalah negara dengan keragaman agama yang berbeda-beda sehingga kita harus saling menghormati agama lain meskipun itu bukan agama yang kita yakini.

Perbuatan penodaan agama tersebut dalam istilah agama disebut dengan kata "sabba" yang artinya menghina atau mencaci-maki. Seperti yang tertuang dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 108, yang berbunyi :

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Yang artinya, "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nantinya akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhanlah mereka kembali, lalu dia memberitahukan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan". (QS Al-An'am: 108)

       Asbabun nuzul beberapa riwayat surat Al-An'am ayat 108 tersebut sebagai berikut:

Diriwayatkan al-Wahidi dari Qatadah, "kaum muslimin mencela berhala orang-orang kafir lalu mereka balik mencaci maki Tuhan orang Islam, kemudian Allah melarang kaum muslimin agar tidak mencela sesembahan kaum jahil yang tidak ada pengetahuan tentang Allah". Sementara itu, Ibn Abbas berkata dalam riwayat al-Walibi, "mereka (orang-orang kafir) mengatakan, "Wahai muhammad berhentilah kamu dari menghina Tuhan kami atau sungguh kami akan mengejek Tuhanmu!, kemudian Allah melarang orang Islam agar jangan menghina berhala (sesembahan) orang-orang kafir sehingga dengan rasa permusuhan mereka justru balik mengejek Allah yang tanpa didasari dengan ilmu pengetahuan, lebih-lebih dengan ejekan yang lebih parah.

Ayat tersebut menjelaskan larangan terhadap tindakan penghinaan ataupun mencaci-maki sesuatu yang diagungkan atau dimuliakan, sekalipun terhadap suatu keyakinan yang belum tentu benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun