Mohon tunggu...
Diana Arnita
Diana Arnita Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Akuntansi

Syukuri Jalani Nikmati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan di Bulan November

17 Mei 2019   09:57 Diperbarui: 17 Mei 2019   10:18 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan di bulan November memberikan arti tersendiri untukku. Namaku Anya, aku gadis yang masih duduk di bangku smp, aku termasuk murid yang rajin di kelas. Aku cenderung pendiam, aku lebih sering menghabiskan waktu luangku dengan bercengkrama dengan buku diaryku. Ya bisa dibilang aku ini anak introvet. Tak terlalu banyak kisah cintaku.

Awal mulai kisahku ketika hujan di bulan November tahun lalu, kala itu aku tak begitu mengenal apa itu cinta. Cinta. Satu kata yang memiliki berjuta definisi. Tapi bagiku cinta itu adalah hal terindah yang orangtua berikan kepadaku. Ya memang hanya keluarga yang menjadi lingkup pergaulanku saat itu. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan sosok lelaki yang kebetulan melintas di depanku.

"Hei, kamu anak kelas 8a ya?" suaranya mengisyaratkan bahwa wajahnya begitu manis.

"Iya," aku tertunduk tanpa membuktikan kemanisan wajahnya.

"Kamu manis,"
Kudengar langkah kaki meninggalkanku yang terpaku di tempat hanya tersenyum tipis mendengar pujian itu. Lelaki yang belum kukenal siapa dia tapi tiba-tiba melontarkan pujian itu. Hatiku bergemuruh. Hingga timbul niatku untuk melihat siapa gerangan lelaki bersuara manis itu. Aku tak henti menatap. Astaga dia kakak kelas yang aku kagumi diam-diam. Seorang lelaki yang pandai memainkan gitar membuat nada-nada yang begitu indah, suaranya yang begitu manis melagukan lirik-lirik cinta yang akan meluluhkan hati siapa saja yang mendengarnya. Aku hanya mampu tersenyum, mengingat kata-kata yang ia ucapkan tadi kamu manis, apa iya kata itu tulus dari hati dia? Sungguh kata-kata itu sanggup menyihirku menjadi gadis gila dengan senyum tipis dibibirnya tanpa mau hilang.

"Hai Anya?" aduh suara itu membunyarkan lamunanku akan sosok lelaki itu.

"Hei, iya ada apa Gis?" ternyata itu Gista sahabat kecilku yang sudah seperti adikku sendiri. Nampak dia tersenyum, seperti ingin mengutarakan sesuatu, tapi apa?

"Tau gak Nya? Aku tadi lihat kak Zein lagi di ruang musik, sama cewek deh, lagi latihan buat acara ulang tahun sekolah nanti."

"Terus kenapa? Apa hubungannya sama aku?"

"Lah bukannya tadi pagi kamu disapa ya sama dia, terus kamu senyum-senyum gitu, kamu suka kan?"

Deggg "Bagaimana Gista bisa tahu?" hatiku bertanya-tanya, jangan-jangan Gista melihatku tadi pagi? Aduh bisa kacau nih kalau sampai Gista tahu, nanti bisa-bisa bakal ada sandiwara baru, oh Tuhan aku harus tahan rasa ini.
" Hei Anya kenapa sih kamu diem? Ohh aku tahu kamu pasti mikirin soal kak Zein itu ya? Udahlah santai aja Nya mereka pasti gak ada hubungan apa-apa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun