Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Phantom Pain Semalam

12 Juli 2020   21:21 Diperbarui: 13 Juli 2020   00:44 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Unsplash: Vince Fleming publikasi via www.publichealthpost.org

Padahal, semalaman ku lihat jelas kau terlelap indah di mataku. Pikirku adalah akhirnya kau dapat terlelap lepas dari lelah dan gelapnya bayangan yang membebanimu 3 bulan ini. Terima kasih Tuhan, kau hidupkan kembali cahaya yang mulai meredup.

Bodohnya, lagi-lagi aku merasa lega menghela nafas menyaksikan lelapmu.

Dan semalam itu juga, dalam rumah yang seperti kehilangan atapnya, aku coba kembali tuk menyulam mimpi serta harapan yang pernah kita buat sebelum perih ini terjadi. Karena semuanya hampir hancur lebur dalam waktu singkat. 

Di benakku, tentu terukir jelas kalau kau ingin menjadi setetes air pada gersangnya ketidakpastian hidup ini. Dan satu per satu kepingan mimpi itu mulai ku pungut ulang, meski tak utuh lagi, barangkali masih bisa disimpan sampai pagi menjelang nanti. Ya, sampai pagi di mana kau bercerita tentang mimpimu semalam. 

Hebatnya hingga pagi menyambut, aku sanggup terjaga menyaksikan indahnya lelapmu dan bertanya;

"Seperti apa mimpimu semalam, mah?" 

Entah, mendengar kau berkata, mana sanggup ku ingat betapa leganya aku semalaman itu. Tanpa kata balasan, ku tahan sesaknya dada dan gigi-gigiku yang mulai beradu kencang dalam mulut.

Dan kau jelaskan dengan lirih, kalau di pagi ini lah yang terasa seperti mimpi bagimu. Kau tak lagi terlihat utuh, meski semalaman penuh rasa sakit dan derita terus menemani lelapmu. 

Tak ada lagi bentuk yang menjadi asal sakitmu, bentuk itu hilang dalam dirimu, tapi sakitnya masih tertinggal. Dan lelap yang awalnya kupikir sebuah ketenangan, sebenarnya adalah luka yang sama seperti malam sebelumnya.

Tersadar kalau pagi ini adalah mimpi yang nyata, atau kenyataan yang harusnya menjadi mimpi saja. Entahlah.


*** Semoga Tuhan selalu menjaga kesehatanmu, Amin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun