Mohon tunggu...
Dian Purnama
Dian Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - klaverstory.com

-Job fils your pocket, adventure fils your soul-

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mencicipi Sate Kanak Sate Ratu, Sang Juara "Ngulik Rasa" Unilever Food Solutions Competition

10 Februari 2020   09:20 Diperbarui: 10 Februari 2020   09:25 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"I am not a big fan of meat" juga bukan seorang vegan. Singkatnya apabila ada pilihan steak atau sayur bobor (*bayam yang dimasak dengan santan dengan tambahan daun kemangi) saya lebih memilih sayur bobor. Makan daging itu "ribet", menurut pendapat saya sih, kalau daging dimasak dengan tidak sempurna bisa jadi tidak matang, atau kalau bumbunya kurang meresap pasti rasanya tidak enak.

Makanya saya suka sekali ketika ada inovasi sate jamur, tongseng jamur atau steak tempe. Tapi ketika ada undangan dari admin KJog untuk kopdar ke 3 di Sate Ratu, itu lain cerita. Saya langsung menyambut dengan sukacita, bukan karena satenya tapi karena momen ngumpul-ngumpulnya, pasti seru kan. 

Saking semangatnya saya sampai salah hari, saya pikir tanggal 4 Februari itu hari Kamis. Beruntung ada kakak admin yang baik hati mengingatkan, segera ambil kalender dan bikin lingkaran gede di hari Selasa tanggal 4 Februari.

dokpri
dokpri
Sengaja saya datang lebih awal, maklum cuaca sedang galau akhir-akhir ini, dan saya nggak mau kena PHP. Lokasi Sate Ratu lumayan cukup jauh dari rumah, tepatnya di Jogja Paradise Food Court di Jalan Magelang KM 6, ya kira-kira 25-30 menit. Perkiraan saya benar, menjelang jam 15.30 hujan turun deras. Untunglah tidak sendirian karena sudah ada Kak Riana dan Kak Vika yang juga berangkat gasik. Tempatnya cukup cozy ada bagian indoor dan outdoor, eits tenang aja outdoornya ada atapnya kok jadi aman kalau hujan.

Kira-kira kalau full bisa muat 80 tamu, bisa banget kan bawa rombongan satu bis besar hehehe. Sambil menunggu teman yang lain datang kami ngobrol ngalor ngidul, sesekali wangi harum bakaran sate menggoda perut kami yang mulai kruyuk-kruyuk. Saya sempat clingukan mencari sumber tapi anehnya saya tidak menemukan darimana asal muasal si asap.

Usut punya usut ternyata Bapak Budi (owner Sate Ratu) mendesain dapurnya sedemikian rupa sehingga asap langsung teralirkan dengan baik ke atas. Pantesan. Jadi para tamu bisa makan di tempat dengan nyaman tanpa gangguan asap. 

dokpri
dokpri
Sate Ratu hanya menyediakan menu sate saja tidak ada menu yang lain. Kali ini ada menu baru di sini yaitu Sate Kanak. Rupanya Sate Kanak ini baru saja memenangkan juara nasional "Ngulik Rasa" untuk kategori sate, sebuah kompetisi kuliner yang diadakan oleh Unilever Food Solutions. Dengan kata lain Sate Kanak ini pada awalnya memang sengaja dikreasikan/diciptakan untuk dilombakan dalam kompetisi ini.

Selanjutkan kami semua sudah terpana dengan kisah perjuangan Bapak Budi  mengikuti  kompetisi ini. Perjuangan yang luar biasa karena harus membawa panggangan sate yang ukurannya cukup besar langsung dari Yogyakarta ke Jakarta. Wah wah wah. 

dokpri
dokpri
Ini dia yang ditunggu dari tadi, piring putih dengan enam tusuk sate berjejer rapi mulai wara-wiri di depan saya. Kami bagikan secara estafet hingga 9 teman KJog menerima sepaket menu yang terdiri dari sepiring nasi putih, seporsi sate dan semangkuk kecil kuah kaldu. "Yang ada tanda hitam di ujung tusuknya itu yang Sate Kanak ya, yang tidak ada tandanya itu yang Sate Merah. Memang sengaja saya sajikan dua-duanya agar kalian bisa membandingkan" kata Pak Budi menjelaskan  seporsi sate yang sudah ada di depan kami masing-masing.

Sepintas memang seperti tidak ada bedanya, tapi yang namanya Sate Merah tampak lebih berwarna dibandingkan Sate Kanak. "Biasanya untuk Sate Kanak kami menyertakan sebotol kecap manis ketika menyajikan kepada tamu, maksudnya agar tamu bisa menambahkan kecap sesuai selera ketika menyantap Sate Kanak", lebih lanjut Pak Budi memberikan penjelasan.

dokpri
dokpri
Setelah selesai menyantap satu tusuk Sate Kanak, lidah saya seperti mengingat sesuatu. Yup, sekelebat memori saya menampilkan sebuah frame di Luang Prabang, sebuah kota di Laos. Waktu itu saya dan sepupu saya sedang traveling di Laos, pagi itu  kami bersepeda mengelilingi Luang Prabang, karena lelah kami berhenti di depan sebuah Wat (Temple), ada kursi di trotoar jalan. Tepat di depan kami ada ibu-bu sedang membakar sate, wanginya sangat menggoda, lever lapar kami langsung naik 100%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun