Melalui konsep agribisnis, petani sebagai subjek program kemiskinan yang utama harus pula di berdayakan dan dibimbing dari diri petani itu sendiri sehingga di waktu mendatang petani dapat mengembangkan usaha dan kehidupannya dengan kemampuan yang sudah ia miliki sendiri.
Sebab lain dari penyebab tingginya tingkat kemiskinan di wilayah pedesaan dikarenakan di pedesaan relatif lambat dalam merespon perubahan pembangunan sektor pertanian dalam jangka pendek namun menjadi elastis dalam jangka panjang.Â
Hal ini terjadi antara lain karena karakteristik elastisitas pendapatan dari permintaan produk-produk pertanian dibanding produk non-pertanian pada kondisi pendapatan yang meningkat dan pasang surut yang pastinya terjadi dalam bidang pertanian menyebabkan turunnya keintensifan dalam hal pendapatan petani.
Dalam berjalannya komoditas pertanian di suatu daerah tentunya ada beberapa hal yang mewarnai berlangsungnya sektor pertanian tersebut, diantaranya adalah terdapatnya beberapa kendala produksi pada komoditas pertanian. Kendala utama dari komoditas pertanian di masa depan adalah ketersediaan lahan pertanian.Â
Pengembangan lahan pertanian tidak dapat di pisahkan dari pengembangan infrastuktur irigasi. Berdasarkan kesesuaian lahan dan ketersediaan air, areal yang berpotensi pengembangan untuk pengembangan irigasi sangat terbatas. Kecenderungan tersebut mengindikasikan kuatnya tantangan peningkatan produksi dan kesejahteraan petani di pedesaan.
Di samping permasalahan yang terkait dengan ketersediaan dan pengembangan lahan beririgasi, ketersediaan, akses, dan varietas unggul baru serta teknologi spesifikasi lokasi, pengembangan produksi pertanian juga menghadapi permasalahan yang terkait dengan ketersediaan anggaran pembangunan dan penyediaan sistem intensif untk mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani.
Usaha tani tanaman pangan (padi) memiliki peranan multifungsi besar, dan keberhasilan pengembangannya akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pencapaian ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.Â
Berdasarkan konteks kebijakan dan tantangan serta hambatan internal pembangunan padi, reorientasi kebijakan pengembangannya hendaknya diarahkan untuk menigkatkan pendapatan dan ketahanan pangan petani padi, memantapkan ketahanan pangan nasioanal, dan mendinamisasi perekonomian desa.Â
Dalam merumuskan instrumen kebijakan peningkatan produksi padi, perlu juga mempertimbangkan konteks kebijakan pangan global dan kebijakan negara terutama di asia.
Upaya mempertahankan eksistensi lahan sawah dan peningkatan pendapatan petani (serta pengentasan kemiskinan) akan sangat ditentukan oleh keberhasilan program diversifikasi saha tani. Kinerja diversifikasi dilahan sawah memiliki prospek yang baik, tetapi dihadapkan kepada sejumlah kendala teknis,ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya.Â
Ada beberapa hal yang bisa dilkukn untuk mempertahankan eksistensi lahan antara lain dengan peningkatan ketersediaan dan akses teknologi, permodalan, dan penyuluhan komoditas alternatif non padi.Â